Pengendalian Karhutla Berbasis Iklim: Kolaborasi Indonesia-Korea Perkuat Center of Excellence Manggala Agni di Sumatera Selatan
allintimes.com | Indonesia memperkuat upaya mitigasi bencana dengan memasuki fase baru pengendalian karhutla berbasis iklim melalui kemitraan strategis internasional. Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi ancaman serius, terutama di wilayah rawan seperti Sumatera Selatan. Pemerintah Indonesia dan Korea bergerak cepat menyatukan sumber daya untuk membangun pertahanan yang lebih tangguh terhadap risiko kebakaran. Kolaborasi ini berpusat pada Center of Excellence (CoE) Manggala Agni, sebuah fasilitas unggulan yang didesain menjadi pusat pelatihan dan komando penanggulangan bencana terintegrasi. Pengembangan ini memastikan Indonesia memiliki kapasitas teknis yang memadai untuk melindungi ekosistem kritis, khususnya kawasan lahan gambut.
Delegasi Korea Forest Service (KFS) menegaskan komitmen mereka dengan mengunjungi langsung Markas Manggala Agni Daops Sumatera XVII/OKI pada Senin, 8 Desember. Direktur Global Forest Resources Division KFS, Cha Junhee, memimpin kunjungan penting tersebut, didampingi oleh Kepala Sub Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan, Israr Albar. Kunjungan ini memberi kesempatan bagi delegasi untuk meninjau progres pembangunan sarana dan fasilitas CoE yang sedang berjalan sejak implementasi proyek di tahun 2023. Mereka secara langsung menyaksikan kesiapan personel Manggala Agni dan menilai kebutuhan penguatan kapasitas di lapangan dalam menghadapi kebakaran hutan musiman.
Akhiri Izin 4 Perusahaan: Momentum Lindungi Raja Ampat dari Tambang Nikel
Strategi Empat Pilar untuk Pencegahan Kebakaran Gambut
Program pengembangan CoE ini menjadi bagian fundamental dari proyek besar bertajuk “Development of Forest and Land Fire Management System in South Sumatera, Indonesia”. Proyek tersebut menerapkan empat pilar strategis untuk mencapai efektivitas maksimal dalam pengendalian karhutla berbasis iklim. Pilar pertama membangun pusat komando dan fasilitas pelatihan kebakaran hutan yang modern dan terpadu. Pilar kedua fokus pada peningkatan kapasitas dan profesionalisme personel Manggala Agni, garda terdepan penanggulangan karhutla.
Selanjutnya, proyek ini menyalurkan penyediaan sarana dan prasarana (sarpras) pendukung operasional yang esensial di lapangan. Pilar terakhir menekankan pengembangan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) canggih untuk deteksi dini dan pemantauan titik api yang lebih akurat. Implementasi menyeluruh keempat pilar ini bertujuan menciptakan sistem pencegahan karhutla yang terintegrasi, terutama dalam pengawasan area lahan gambut yang sangat rentan. Kerangka kerja ini menjadi model yang mampu mereplikasi kesuksesan di berbagai daerah lain di Indonesia.
Penguatan Kapasitas Teknis Manggala Agni
Sejalan dengan tinjauan fasilitas, Manggala Agni juga menyelenggarakan Pelatihan Pemetaan Berbasis Drone Tingkat Lanjutan bagi personel dari berbagai Daops. Pelatihan ini secara langsung meningkatkan kemampuan teknis anggota dalam memetakan area rawan kebakaran hutan secara presisi. Mereka kini mampu melaksanakan pemantauan dini titik api menggunakan citra udara, sebuah langkah krusial untuk mencegah penyebaran api di wilayah rawan. Penguatan keterampilan ini merupakan kunci tindakan preventif yang efektif, memungkinkan respon cepat sebelum api membesar. Indonesia serius memperkuat kapasitas sumber daya manusianya, memastikan mereka menguasai teknologi terkini.
Israr Albar menyambut baik kedatangan tim dari Korea Forest Service, memperlihatkan kemajuan implementasi kerja sama bilateral yang telah berjalan baik. Dia menegaskan bahwa kunjungan ini menjadi bukti nyata keseriusan kedua negara dalam menghadapi ancaman kebakaran. Cha Junhee menyampaikan apresiasi tinggi kepada Pemerintah Indonesia dan seluruh jajaran Manggala Agni atas dedikasi mereka sebagai ujung tombak pengendalian karhutla. Dia berharap kunjungan ini semakin mempererat kolaborasi Indonesia-Korea pengendalian karhutla melalui inisiatif proyek lanjutan.
Fondasi Historis dan Komitmen Berkelanjutan KIFC
Kerja sama Korea dan Indonesia di bidang kehutanan telah terjalin kuat sejak tahun 1973, memberikan fondasi sejarah yang solid bagi kemitraan ini. Latar belakang historis ini melahirkan Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) pada tahun 2010. KIFC berperan sebagai jembatan komunikasi yang efektif antara Kementerian Kehutanan dan Korea Forest Service, memfasilitasi implementasi berbagai proyek bersama. Melalui KIFC, kedua negara memastikan transfer pengetahuan dan pengalaman berjalan lancar.
KIFC telah berhasil menyelesaikan beberapa proyek penting yang memberikan manfaat nyata bagi konservasi dan ekowisata Indonesia. Proyek Sentul Eco-Edu Tourism Forest di Bogor selesai pada tahun 2013, sementara Rumpin Seed Source and Nursery Center beroperasi hingga tahun 2020. Selain itu, mereka merampungkan Development of Tunak Ecotourism Park di NTB pada 2020 dan aktif dalam Restorasi Lahan Gambut Bekas Terbakar di Jambi, yang direncanakan selesai pada 2024. Proyek-proyek ini menunjukkan cakupan kemitraan yang luas, tidak terbatas hanya pada penanggulangan kebakaran.
Implikasi Regional dan Transfer Pengetahuan Global
Pengembangan CoE Manggala Agni di Sumatera Selatan berfungsi sebagai model kolaborasi internasional yang terintegrasi. Pusat keunggulan ini memadukan langkah pencegahan, proses pemadaman api, hingga tahapan penting pemulihan ekosistem yang rusak. Pemerintah Indonesia dan Korea melalui KIFC berjanji terus mendukung transfer pengetahuan dan penguatan kapasitas personel Indonesia. Mereka memegang komitmen bersama untuk berinovasi dan berkolaborasi dalam menghadapi tantangan krisis iklim global. Model ini diharapkan menjadi acuan regional, meningkatkan standar penanggulangan kebakaran hutan di Asia Tenggara.
CoE Manggala Agni tidak hanya memberikan manfaat bagi Sumatera Selatan, tetapi juga menyajikan platform bagi Indonesia untuk memimpin dalam inovasi teknologi pencegahan kebakaran lahan gambut. Para pembaca perlu memahami bahwa kolaborasi ini secara langsung mengurangi risiko bencana yang mengancam kesehatan dan ekonomi nasional. Indonesia memanfaatkan kemitraan strategis ini untuk meningkatkan keamanan lingkungan hidupnya. [hg]








