Singapura Perkuat Dominasi Laut: Enam Kapal Selam Type 218SG Siap Operasi Tahun 2030
allintimes.com – Singapura Perkuat Dominasi Laut – Singapura kembali menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat kekuatan angkatan laut, khususnya di ranah peperangan bawah laut. Setelah mengoperasikan dua unit kapal selam canggih Type 218SG (Invincible Class) dan menantikan dua unit lainnya yang masih dalam proses penyelesaian di Jerman, Singapura secara resmi mengumumkan akuisisi dua kapal selam tambahan.
Dengan demikian, pada tahun 2030 mendatang, Angkatan Laut Republik Singapura diperkirakan akan mengoperasikan total enam kapal selam Type 218SG—menjadikannya sebagai kekuatan kapal selam tercanggih dan terbesar di Asia Tenggara.
Akuisisi Baru: Komitmen Strategis Jangka Panjang
Pada 7 Mei 2025, Defence Science and Technology Agency (DSTA) Singapura dan Thyssenkrupp Marine Systems (TkMS), perusahaan pembuat kapal ternama asal Jerman, resmi menandatangani kontrak untuk pembangunan dua unit tambahan Type 218SG. Kesepakatan ini menandai langkah penting dalam modernisasi dan perluasan armada kapal selam Singapura yang telah dimulai lebih dari satu dekade lalu.
Kapal-kapal ini akan dibangun di fasilitas galangan kapal TkMS di Kiel, Jerman, bersamaan dengan pengerjaan pesanan kapal selam lainnya, termasuk empat kapal selam Type 212CD untuk Angkatan Laut Jerman dan kapal pemecah es Polarstern terbaru. Keputusan Singapura untuk terus memperluas armada bawah lautnya di tengah tekanan geopolitik kawasan menjadi sinyal tegas bahwa negara kota ini tidak ingin hanya menjadi pemain kecil di jalur laut strategis Asia Tenggara.
Kenapa Type 218SG?
Type 218SG atau dikenal juga sebagai Invincible Class, adalah kapal selam konvensional diesel-listrik (SSK) yang dikembangkan secara khusus oleh TkMS untuk memenuhi kebutuhan operasional Angkatan Laut Singapura. Kapal selam ini dirancang dengan mempertimbangkan kondisi perairan khas Asia Tenggara yang hangat, dangkal, dan padat lalu lintas.
Beberapa fitur unggulan dari Type 218SG meliputi:
-
Sistem Air-Independent Propulsion (AIP) berbasis fuel-cell, yang memungkinkan kapal bertahan terendam jauh lebih lama tanpa harus muncul ke permukaan.
-
Delapan tabung torpedo 533 mm yang dapat meluncurkan torpedo berat Black Shark.
-
Kemampuan penyebaran ranjau laut dan kendaraan bawah air tak berawak (UUV) untuk misi intelijen dan pengintaian.
-
Sistem manajemen tempur canggih yang dikembangkan bersama antara DSTA dan mitra internasional, dengan integrasi sonar aktif dan pasif yang dapat melacak kapal musuh dalam lingkungan akustik kompleks.
Secara desain, Type 218SG merupakan evolusi dari platform Type 214 Jerman, namun telah mengalami banyak peningkatan untuk memenuhi kondisi spesifik Singapura. Profil hidrodinamiknya pun dioptimalkan agar tetap senyap saat beroperasi di perairan bising dan sempit seperti Selat Malaka.
Sejarah dan Modernisasi Armada Kapal Selam Singapura
Sebelum hadirnya Type 218SG, Singapura sudah mengoperasikan kapal selam Archer Class, yaitu dua unit kapal selam bekas milik Angkatan Laut Swedia dari kelas Västergötland yang dimodifikasi secara ekstensif. Kapal ini juga dilengkapi dengan sistem AIP mesin Stirling dan dua jenis tabung torpedo (400 mm dan 533 mm) yang mendukung operasi torpedo ringan dan berat.
Namun, seiring perkembangan teknologi dan meningkatnya tantangan di wilayah perairan Asia-Pasifik, kapal selam Archer mulai dianggap kurang relevan untuk kebutuhan jangka panjang. Maka dari itu, sejak pertengahan 2010-an, Singapura mulai membangun fondasi untuk generasi kapal selam berikutnya dengan menggandeng TkMS dalam proyek Type 218SG.
Dengan kombinasi teknologi siluman, daya tahan, dan fleksibilitas misi, Type 218SG kini menjadi tulang punggung baru armada bawah laut Singapura.
Ancaman Geopolitik dan Pentingnya Keunggulan Bawah Laut
Singapura mungkin bukan negara besar secara geografis, tetapi posisinya yang strategis di jalur pelayaran global menjadikan negara ini sebagai simpul logistik penting dunia. Setiap tahun, lebih dari 30% perdagangan dunia melewati Selat Malaka dan Selat Singapura.
Dengan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan dan aktivitas militer Tiongkok yang terus berkembang, Singapura memandang kekuatan bawah laut sebagai elemen vital dalam menjaga kepentingan nasional dan keamanan maritimnya.
Dalam konteks itu, keberadaan enam unit kapal selam modern akan berperan sebagai alat pencegah strategis. Kapal selam bukan hanya alat perang, tetapi juga simbol diplomasi kekuatan yang bekerja dalam diam. Keberadaannya yang tidak terlihat namun mematikan memberi efek deterensi tinggi terhadap potensi agresi asing.
Dibandingkan Negara Tetangga
Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, langkah Singapura dalam memperkuat armada kapal selamnya sangatlah menonjol. Sebagai contoh:
-
Indonesia saat ini memiliki 5 kapal selam (3 Type 209 dan 2 Type 209/1400 buatan Korea Selatan), namun sedang mengalami tantangan dalam perawatan dan regenerasi armada.
-
Malaysia mengoperasikan dua kapal selam Scorpène buatan Prancis-Spanyol.
-
Vietnam mengandalkan 6 kapal selam Kilo Class buatan Rusia.
Namun tidak ada yang memiliki sistem AIP berbasis fuel-cell atau integrasi teknologi siluman sekelas Type 218SG. Dengan teknologi mutakhir dan filosofi desain modular, Singapura menempatkan dirinya setara dengan kekuatan maritim negara maju seperti Jerman, Korea Selatan, dan Jepang.
Fokus pada Modernisasi Terintegrasi
Salah satu keunggulan utama dari kebijakan militer Singapura adalah pendekatan terintegrasi antara industri pertahanan nasional dan teknologi sipil. DSTA berperan penting dalam mengembangkan berbagai sistem yang digunakan oleh Angkatan Bersenjata Singapura, termasuk integrasi sistem sonar, sistem kendali tembak, dan perangkat lunak tempur pada Type 218SG.
Bahkan, Singapura juga mengembangkan pusat pelatihan bawah laut terpadu dan simulasi digital untuk memastikan awak kapal selam mendapatkan pelatihan terbaik tanpa harus terus berada di laut.
Menuju Armada Laut Masa Depan
Dengan pengadaan dua unit tambahan kapal selam Type 218SG, Singapura tidak hanya memperkuat postur pertahanan lautnya, tetapi juga menunjukkan visinya untuk menjadi kekuatan maritim yang tangguh dan canggih di Asia Tenggara. Total enam unit kapal selam ini akan membuat Singapura memiliki armada bawah laut tercanggih dan paling senyap di kawasan, menjadi pilar utama dalam strategi pertahanan nasionalnya.
Keputusan ini juga menunjukkan bahwa di era kompetisi maritim yang semakin kompleks, dominasi tidak hanya ditentukan oleh jumlah kapal di permukaan, tetapi juga oleh seberapa senyap dan mematikan armada yang berada di bawah permukaan.