Aksi Saling Serang Israel-Iran Berlanjut: Konflik Kian Memanas dan Ancaman Perang Regional
allintimes.com – Ketegangan antara dua musuh bebuyutan di Timur Tengah, yakni Israel dan Iran, kini telah berubah menjadi aksi saling serang terbuka yang mengundang kekhawatiran dunia. Sabtu (14/6/2025), aksi militer kedua negara meningkat secara signifikan, menandai babak baru dalam konflik yang selama ini didominasi oleh perang proksi dan operasi rahasia.
Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah titik strategis di Iran, termasuk kawasan militer dan fasilitas nuklir. Sebagai balasan, Iran merespons dengan menembakkan puluhan rudal balistik langsung ke wilayah Israel, menciptakan eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Israel Lancarkan Serangan Terbesar Sejak Awal Konflik
Serangan Israel yang terjadi menjelang fajar ditujukan untuk “menghentikan pengembangan senjata nuklir Iran,” menurut klaim pemerintah Zionis. Sirene peringatan berbunyi keras di Tel Aviv dan Yerusalem, dua kota terbesar Israel. Warga berlarian ke tempat perlindungan bawah tanah, mengantisipasi jatuhnya rudal dan drone dari arah Iran.
Militer Israel menyatakan bahwa puluhan rudal telah ditembakkan dari wilayah Iran ke arah kota-kota di Israel. Namun, sistem pertahanan udara Iron Dome dan David’s Sling dilaporkan berhasil mencegat sebagian besar proyektil tersebut. Meski begitu, serangan ini tetap menimbulkan korban. Sedikitnya 34 orang terluka, dan satu orang dilaporkan tewas akibat ledakan yang tidak berhasil dicegat.
Israel juga melaporkan bahwa sejumlah lokasi penting terkena dampak langsung dari proyektil Iran, meskipun tidak semua rincian kerusakan dibuka ke publik.
AS Turut Terlibat Cegat Rudal Iran
Pemerintah Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, dilaporkan ikut membantu dalam sistem pencegatan rudal yang menyerang Israel. Dua pejabat Pentagon kepada Reuters mengatakan bahwa sistem radar dan rudal milik AS di kawasan Teluk serta Mediterania turut digunakan untuk menembak jatuh rudal Iran.
Keterlibatan AS ini memperbesar potensi konflik menjadi skala regional. Iran telah menuduh AS bertanggung jawab atas eskalasi ini dan memperingatkan bahwa pangkalan-pangkalan militer Amerika di kawasan Timur Tengah kini menjadi target yang sah jika serangan Israel berlanjut.
Iran Balas Menyerang, Bandara Militer Teheran Dihantam
Iran tidak tinggal diam. Melalui tiga gelombang serangan udara yang diluncurkan sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi, Iran menargetkan sejumlah wilayah Israel, termasuk fasilitas militer dan wilayah sipil.
Ledakan terdengar di Teheran, termasuk dua proyektil yang menghantam Bandara Mehrabad, yang dekat dengan pusat kepemimpinan Iran dan pangkalan udara penting negara itu. Serangan ini dinilai sebagai pembalasan atas serangan Israel sebelumnya yang menewaskan 78 orang di Iran, termasuk tokoh-tokoh militer senior dan ilmuwan nuklir.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pernyataan publiknya, menegaskan bahwa Israel-lah yang memulai perang dan harus menanggung akibatnya. Ia berjanji bahwa “balasan menyakitkan” akan terus diluncurkan jika agresi militer Israel tidak dihentikan.
Dunia Internasional Waspada, Potensi Perang Regional Mengancam
Konflik terbuka ini menimbulkan kekhawatiran besar di komunitas internasional. Sejumlah negara telah mengeluarkan imbauan evakuasi warga negaranya dari kawasan yang terdampak, terutama di Israel, Iran, Lebanon, dan Suriah.
Pejabat senior Iran menyatakan tidak ada tempat di Israel yang aman dan menegaskan tindakan balasan akan terus berlanjut jika agresi tidak dihentikan.
Sementara itu, Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, menyatakan bahwa pihaknya telah mendapatkan intelijen bahwa Iran segera mencapai kapasitas untuk membuat beberapa bom nuklir. Hal ini menjadi dasar bagi Israel untuk melanjutkan apa yang mereka sebut sebagai “tindakan pelestarian nasional” melalui serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran.
Namun Iran berkali-kali menyatakan bahwa program nuklirnya bertujuan damai, khususnya untuk energi dan riset ilmiah. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, bahkan menyebut AS dan Israel telah melanggar kedaulatan negaranya dan mencoba memaksakan kehendak melalui jalur militer.
Trump: Masih Ada Waktu untuk Negosiasi
Di tengah konflik yang kian memanas, Presiden AS Donald Trump tetap membuka peluang diplomasi. Dalam pernyataannya pada Sabtu sore waktu setempat, Trump mengatakan bahwa masih belum terlambat bagi Iran untuk kembali ke meja perundingan.
“Jika Iran menghentikan kampanye pengeboman mereka, kesepakatan nuklir bisa dicapai. Masih ada waktu untuk mencegah perang habis-habisan,” kata Trump.
Trump juga menyebut bahwa pembicaraan nuklir antara AS dan Iran akan berlanjut di Oman akhir pekan ini. Meski begitu, banyak analis skeptis bahwa pembicaraan ini akan menghasilkan kesepakatan, mengingat situasi di lapangan semakin memanas.
Risiko Meluasnya Konflik ke Kawasan Teluk dan Laut Tengah
Analis militer memperingatkan bahwa perang Israel-Iran berpotensi menyeret negara-negara Teluk dan bahkan mengganggu jalur pelayaran utama di Selat Hormuz dan Laut Mediterania Timur. Harga minyak dunia pun mulai merespons dengan lonjakan drastis sejak Jumat malam.
Selain itu, kelompok-kelompok proksi seperti Hizbullah di Lebanon dan milisi Syiah di Irak juga diprediksi akan terlibat lebih aktif dalam konflik ini. Israel sendiri telah meningkatkan status siaga di perbatasan Lebanon dan Dataran Tinggi Golan.
Dunia Menanti, Akankah Ada Jalan Damai?
Konflik Israel-Iran kini bukan lagi sekadar perang bayangan. Ini adalah konflik terbuka dengan risiko eskalasi menjadi perang regional. Serangan-serangan yang berlangsung selama 48 jam terakhir menunjukkan bahwa kedua pihak siap berkonfrontasi secara total, dan setiap pihak memandang lawannya sebagai ancaman eksistensial.
Apakah dunia akan menyaksikan babak baru perang besar di Timur Tengah? Atau masih ada harapan terakhir lewat diplomasi internasional? Semua mata kini tertuju pada Oman, tempat perundingan nuklir Iran-AS direncanakan berlangsung. Namun satu hal yang pasti, hingga hari ini, aksi saling serang Israel-Iran belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.