Iran Kembali Tembak Jatuh Satu Jet Tempur Israel: Ketegangan Kian Memuncak

allintimes.com – Konflik antara Iran dan Israel terus memanas. Dalam perkembangan terbaru, sistem pertahanan udara Iran kembali berhasil menembak jatuh satu unit jet tempur F-35 milik Israel, menurut laporan resmi dari kantor berita negara Iran, IRNA. Insiden ini menambah panjang daftar bentrokan militer kedua negara dalam beberapa hari terakhir.

Jet F-35 Israel Dijatuhkan di Wilayah Barat Iran

Mengutip pernyataan dari Departemen Hubungan Masyarakat Angkatan Darat Iran, IRNA menyebutkan bahwa pesawat tempur canggih Israel tersebut dijatuhkan oleh sistem pertahanan udara Iran di wilayah barat negara itu. Pilot yang menerbangkan pesawat itu dilaporkan sempat keluar (eject) dari kokpit sebelum pesawat hancur, namun keberadaannya hingga kini belum diketahui secara pasti.

Dalam laporan tersebut, Angkatan Darat Iran tidak mengungkapkan secara rinci jenis sistem rudal yang digunakan, namun pengamat militer menduga bahwa rudal darat-ke-udara jarak menengah atau jauh seperti Bavar-373 atau Khordad-15 kemungkinan besar digunakan dalam operasi ini.

Israel Bantah Klaim Iran

Di sisi lain, militer Israel langsung membantah klaim Iran tersebut. Juru Bicara Angkatan Darat Israel, Avichay Adraee, menyebut laporan dari media Iran sebagai “publikasi palsu”. Ia menegaskan bahwa tidak ada pesawat F-35 milik Israel yang jatuh dalam operasi militer belakangan ini.

Bantahan serupa juga pernah dilayangkan Israel beberapa hari lalu, ketika Iran menyatakan telah menembak jatuh dua jet tempur lainnya dan menangkap salah satu pilot, yang disebut-sebut adalah seorang wanita.

Namun, meskipun Israel membantah, tidak sedikit analis yang menilai bahwa Iran mungkin benar-benar memiliki kapabilitas untuk menjatuhkan pesawat siluman seperti F-35, setidaknya dalam skenario tembakan beruntun atau serangan mendadak.

Serangan Rudal Iran Mendahului Insiden F-35

Insiden penembakan jet tempur ini terjadi hanya beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal balasan secara besar-besaran terhadap wilayah Israel. Serangan itu merupakan tanggapan atas aksi militer Israel sebelumnya yang menghantam berbagai fasilitas militer dan nuklir di Teheran serta menewaskan sejumlah tokoh penting, termasuk Komandan IRGC Mayor Jenderal Hossein Salami.

Ratusan rudal balistik dan drone diluncurkan Iran, banyak di antaranya terlihat melintasi wilayah udara Amman (Yordania), Beirut (Lebanon), dan Damaskus (Suriah) sebelum memasuki wilayah Israel. Beberapa rekaman video dari warga sipil di media sosial memperlihatkan kilatan cahaya rudal meluncur ke arah Tel Aviv, disertai suara dentuman keras dan upaya sistem pertahanan udara Israel untuk mencegatnya.

Militer Israel mengklaim bahwa sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome dan David’s Sling, tetapi beberapa rudal dilaporkan berhasil mencapai sasaran dan menyebabkan kerusakan di beberapa lokasi.

Eskalasi Militer Tanpa Akhir?

Eskalasi terbaru antara Iran dan Israel menambah daftar panjang ketegangan militer di kawasan Timur Tengah. Setelah Israel secara terang-terangan menyatakan bahwa Iran kini menjadi “front utama perang” menggantikan Gaza, skenario perang terbuka antar dua kekuatan utama di Timur Tengah ini semakin menjadi kenyataan.

Konflik ini juga menyeret kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, yang dituding Iran ikut bertanggung jawab atas serangan udara Israel ke Teheran. Iran bahkan mengancam akan menghantam pangkalan militer AS di kawasan jika konflik berlanjut, menandakan potensi perluasan skala perang ke level regional atau bahkan global.

Kekuatan Udara yang Dipertaruhkan

Klaim Iran soal keberhasilan menjatuhkan F-35 milik Israel menjadi sorotan utama. F-35 Lightning II adalah salah satu jet tempur tercanggih di dunia, dengan teknologi siluman (stealth) yang sangat sulit dideteksi radar konvensional. Jika benar Iran mampu menjatuhkannya, maka ini menjadi preseden serius terhadap supremasi udara yang selama ini diklaim Israel di kawasan.

Israel diketahui memiliki sekitar 36 unit F-35I Adir, varian F-35 yang dimodifikasi khusus sesuai kebutuhan tempur Israel, termasuk sistem peperangan elektronik yang lebih canggih. Jet ini dipasok oleh AS dan menjadi andalan utama dalam operasi jarak jauh Israel, termasuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

Sementara itu, Iran terus mengembangkan sistem pertahanan udaranya secara mandiri, terutama setelah mendapat embargo senjata selama bertahun-tahun. Sistem seperti Bavar-373 dan Khordad-15, meski belum terbukti keunggulannya di medan perang besar, diyakini mampu mendeteksi dan menargetkan pesawat stealth, meskipun dalam kondisi terbatas.

Propaganda atau Fakta?

Klaim penembakan F-35 ini memicu perdebatan di kalangan analis militer. Ada yang menganggap ini sebagai propaganda Iran untuk menaikkan moral dan menunjukkan kekuatan, terutama di tengah tekanan internasional dan ancaman militer dari Israel dan AS. Namun, beberapa analis lain tidak menampik kemungkinan keberhasilan tersebut mengingat padatnya aktivitas udara Israel di kawasan dan kemungkinan kesalahan teknis atau taktis.

Yang jelas, informasi semacam ini sangat sulit diverifikasi secara independen karena kedua belah pihak terlibat aktif dalam perang informasi (information warfare) sebagai bagian dari strategi keseluruhan.

Respons Dunia Internasional

Komunitas internasional semakin waspada terhadap kemungkinan meluasnya konflik ini. PBB dan negara-negara Eropa mendesak kedua pihak menahan diri dan segera kembali ke meja perundingan. Kekhawatiran utama adalah jika konfrontasi terus berlanjut, maka akan mengacaukan stabilitas kawasan, memperburuk krisis kemanusiaan, serta memicu keterlibatan aktor-aktor seperti Hizbullah, Houthi, dan bahkan Turki.

AS sendiri kini berada di posisi dilematis. Di satu sisi, mereka harus mendukung sekutu lamanya, Israel. Di sisi lain, eskalasi perang dapat menggagalkan perundingan nuklir dengan Iran yang baru saja memasuki putaran keenam.

Titik Didih Perang di Timur Tengah

Situasi antara Israel dan Iran kini memasuki fase yang sangat berbahaya. Serangan balasan, operasi udara skala besar, dan klaim penembakan jet tempur menunjukkan bahwa ini bukan lagi sekadar perang proksi atau perang dingin regional.

Klaim bahwa jet F-35 Israel berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iran menjadi simbol bahwa konflik ini tidak bisa dianggap remeh. Baik dari sisi teknologi militer maupun dari sisi geopolitik, perang ini membawa dampak besar, tidak hanya bagi Timur Tengah tetapi juga bagi tatanan dunia internasional.

Jika perundingan gagal dan retorika terus meningkat, dunia bisa saja menyaksikan babak baru dari perang skala penuh di kawasan yang selama ini dikenal sebagai titik api geopolitik dunia. Maka dari itu, desakan global untuk gencatan senjata dan diplomasi menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *