Penyebab Iran dan Israel Perang: Awal Mula, Eskalasi, dan Situasi Terkini

allintimes.com – Perang antara Iran dan Israel yang tengah berlangsung pada pertengahan 2025 bukanlah konflik yang muncul tiba-tiba. Akar sejarah yang panjang, ketegangan ideologi, serta kekhawatiran atas proliferasi senjata nuklir menjadi pemicu utama meletusnya perang terbuka antara dua kekuatan utama di Timur Tengah ini.

Ketika Israel melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025, dunia menyaksikan titik balik dramatis dari konflik yang sebelumnya berlangsung secara tidak langsung.

Awal Mula Perang Iran-Israel

Awal mula perang antara Israel dan Iran pada 2025 secara resmi dipicu oleh serangan udara Israel ke beberapa target strategis di Iran. Fasilitas yang diserang termasuk kompleks nuklir Natanz dan pusat teknologi nuklir di Isfahan—dua lokasi penting yang diyakini menjadi jantung pengembangan energi nuklir Iran.

Namun, serangan ini bukan tanpa latar belakang. Israel mengklaim bahwa laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dirilis pada 12 Juni 2025 menunjukkan bahwa Iran telah memperkaya uranium hingga 60%. Ini mendekati ambang batas 90% yang dibutuhkan untuk menciptakan senjata nuklir. Israel menuding Iran melanggar komitmen Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan mempersiapkan pembuatan bom nuklir.

Iran, di sisi lain, membantah keras tuduhan ini. Teheran menegaskan bahwa program nuklir mereka bertujuan damai dan murni untuk keperluan sipil seperti pembangkit listrik dan riset medis. Kendati demikian, Israel tidak menunggu klarifikasi lebih lanjut dan memilih langkah pre-emptive strike sebagai bagian dari kebijakan pertahanan mereka.

Reaksi Balasan Iran

Iran merespons cepat dan keras atas serangan yang dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan negara. Gelombang serangan rudal balistik dan drone diluncurkan dari Teheran ke wilayah Israel, terutama menargetkan kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Haifa. Serangan ini dilaporkan menyebabkan jatuhnya korban jiwa serta kerusakan infrastruktur di beberapa kawasan permukiman sipil.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi menegaskan bahwa Iran hanya akan menyerang pihak-pihak yang terlebih dahulu menyerang mereka.

“Siapapun yang menyerang Iran, Iran akan menyerang kembali dan melakukan pembalasan kepada mereka. Dan siapapun yang tidak menyerang Iran, Iran berharap dan menghimbau mereka agar berhenti memberikan asistensi dan dukungan kepada rezim ini,” tegas Boroujerdi.

Pernyataan ini menjadi sinyal tegas bahwa Iran siap mengerahkan kekuatan militer dalam skala penuh bila terancam, termasuk terhadap negara-negara yang membantu Israel secara langsung atau tidak langsung.

Situasi Terkini di Israel dan Iran

Konflik yang telah memasuki hari keenam hingga Rabu (18/6/2025) masih terus memanas. Berdasarkan laporan AP News dan Al Jazeera, Israel terus melakukan serangan udara terhadap sasaran strategis di Iran, sementara Iran juga tak henti meluncurkan rudal sebagai balasan.

Hingga saat ini, korban jiwa di Iran dilaporkan mencapai lebih dari 224 orang tewas akibat serangan Israel, sementara lebih dari 1.200 lainnya mengalami luka-luka. Di pihak Israel, sekitar 24 warga tewas akibat serangan rudal Iran, dan puluhan lainnya terluka. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah seiring eskalasi yang tak kunjung mereda.

Perang Informasi dan Siber

Selain pertempuran fisik, perang ini juga berlangsung di ranah digital dan psikologis. Pemerintah Iran, pada Selasa lalu, secara terbuka mengimbau warga untuk menghapus aplikasi WhatsApp dari ponsel mereka karena dicurigai sebagai alat pengumpulan informasi oleh Israel.

Akses komunikasi internasional juga dipersempit. Iran membatasi layanan internet dan telepon untuk mencegah kebocoran informasi dan menekan potensi propaganda. Ini merupakan strategi pertahanan informasi di tengah serangan militer yang masif.

Di sisi lain, Israel terus melakukan patroli siber dan pengintaian udara untuk mendeteksi peluncuran rudal atau drone tambahan dari wilayah Iran, Lebanon, hingga Irak.

Campur Tangan Global dan Tekanan Internasional

Perang antara dua negara ini tentu saja menarik perhatian dunia. Negara-negara besar seperti Rusia, China, dan Amerika Serikat menyerukan de-eskalasi.

Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya mendorong diplomasi melalui perundingan damai antara kedua negara, kini memilih pendekatan yang lebih keras. Dalam pernyataan di akun Truth Social miliknya, Trump menegaskan:

“Kami tahu persis di mana yang disebut ‘Pemimpin Tertinggi’ itu bersembunyi. Ia adalah target yang mudah, tetapi aman di sana – Kami tidak akan menghabisinya (membunuhnya!), setidaknya untuk saat ini. Namun, kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil, atau tentara Amerika. Kesabaran kami sudah menipis.”

Trump kemudian menegaskan pesan pentingnya dalam dua kata: “MENYERAH TANPA SYARAT!”

Pernyataan keras dari Trump menimbulkan spekulasi tentang potensi intervensi militer AS secara langsung dalam konflik ini, terlebih jika kepentingan militernya di Timur Tengah terancam.

Ancaman Perang Regional

Banyak analis internasional khawatir bahwa perang Israel-Iran berpotensi berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas. Ketegangan di Lebanon, Suriah, dan Irak semakin meningkat, apalagi dengan keterlibatan kelompok milisi pro-Iran seperti Hizbullah dan Houthi yang sudah menyatakan solidaritas mereka terhadap Teheran.

Israel juga telah meningkatkan status siaga di front utara mereka, mengantisipasi serangan dari milisi Lebanon. Di sisi lain, Iran memperkuat pertahanan di perbatasan baratnya dan menyebarkan sistem pertahanan udara untuk menahan potensi serangan lanjutan.

Akankah Perang Ini Berakhir?

Situasi saat ini masih sangat dinamis dan belum menunjukkan tanda-tanda berakhirnya konflik. Upaya diplomasi yang sempat dirintis melalui Oman dan Qatar juga dibatalkan karena situasi lapangan yang memburuk. Bahkan beberapa sumber menyebut bahwa perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat telah ditunda tanpa batas waktu.

Satu hal yang pasti, perang antara Iran dan Israel ini tidak hanya membahayakan kedua negara, tetapi juga berisiko menyeret wilayah Timur Tengah dalam konflik yang lebih besar. Dunia internasional kini memantau dengan penuh kecemasan, berharap adanya titik temu atau tekanan kuat agar perang ini segera berakhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *