Industri Film Nasional Kian Melaju, Peluang Karir Terbuka Lebas bagi Generasi Muda

Dr. Syaifullah Agam, pada acara Bincang - Bincang Budaya Filmmaker Goes to School 2025 yang disiarkan di RRI Pro 2 Banda Aceh. Selasa, (22/7/2025). (Foto: Screenshot Youtube RRI Banda Aceh)

allintimes.com | Banda Aceh, 22 Juli 2025 – Industri perfilman Indonesia terus menunjukkan tren positif yang signifikan. Tahun 2024 lalu, film-film produksi dalam negeri berhasil mencetak rekor fantastis dengan meraih lebih dari 80 juta penonton dari total 120 juta penonton bioskop nasional. Angka ini menandakan bahwa lebih dari 67 persen masyarakat Indonesia kini lebih memilih film nasional dibandingkan film impor.

Memasuki tahun 2025, dominasi film nasional masih bertahan kuat, dengan perolehan sekitar 45 juta penonton hingga pertengahan tahun. Fenomena ini membuktikan bahwa karya anak bangsa semakin diminati dan mampu bersaing ketat di pasar dalam negeri, menunjukkan geliat industri yang menjanjikan.

Peluang Karir di Industri Film yang Sedang Naik Daun

Melihat potensi besar ini, Dr. Syaifullah Agam, pejabat Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, mendorong generasi muda untuk melirik peluang karir di industri film. Ia menekankan pentingnya memilih industri yang sedang berkembang pesat.

“Kalau kita mau lihat peluang karir, harusnya masuk ke industri yang sedang naik, bukan yang menurun. Industri film kita ini lagi kencang-kencangnya, jadi potensi ke depan masih terbuka lebar,” ujar Dr. Syaifullah Agam dalam acara Bincang-Bincang Budaya Filmmaker Goes to School 2025, Selasa (22/7).

Ia menambahkan, di era digital saat ini, kebutuhan akan konten bergambar bergerak sangat tinggi. “Semua gambar bergerak itu sebenarnya film. Jadi, iklan pun film, video konten pun film. Makanya peluangnya luas. Anak muda harus jeli melihat ini. Jangan hanya antri cari kerja yang gampang tergantikan mesin, tapi ciptakan karya,” jelasnya, menyoroti bahwa kreativitas di bidang ini akan selalu relevan.

Menggali Potensi Lokal untuk Panggung Nasional

Dr. Syaifullah Agam juga memberikan contoh nyata bagaimana potensi lokal dapat diangkat ke pentas nasional. Ia menyebut film Empang Breh, yang pernah populer meskipun menggunakan bahasa daerah.

“Waktu saya kuliah di luar negeri, saya sampai mengoleksi DVD-nya. Padahal saya tidak paham bahasanya, tapi film itu lucu dan punya keunikan tersendiri. Ini bukti Aceh punya potensi luar biasa,” kenangnya, menunjukkan bahwa keunikan lokal bisa menembus batas bahasa.

Dengan kekayaan budaya dan cerita lokal yang dimiliki, Dr. Syaifullah secara khusus mendorong pelajar dan generasi muda di Aceh untuk berani memulai berkarya. “Tidak harus terkenal dulu untuk bikin film bagus. Mulailah dari cerita-cerita di sekitar kita. Kalau digarap serius, pasti punya pasar,” tegasnya, memberikan motivasi agar tidak ragu memulai dari hal kecil. [KHF]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *