Profil Lengkap PWI-LS dan Sosok Gus Abbas Billy Yachsi: Misi, Perjuangan, dan Kontroversi
allintimes.com – Organisasi kemasyarakatan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) mendadak menjadi sorotan nasional setelah terlibat dalam sebuah insiden bentrokan di Pemalang, Jawa Tengah, pada 22 Juli 2025. Peristiwa ini membuka tabir tentang eksistensi, misi, dan sosok penting di balik ormas ini, yaitu KH Muhammad Abbas Billy Yachsi, atau yang akrab disapa Gus Abbas.
Namun, siapa sebenarnya PWI-LS? Apa yang diperjuangkan oleh Gus Abbas bersama organisasinya? Dan bagaimana mereka memposisikan diri dalam lanskap sosial-keagamaan di Indonesia saat ini? Artikel ini akan mengulasnya secara lengkap dan mendalam.
Latar Belakang dan Tujuan PWI-LS
Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) merupakan organisasi kemasyarakatan yang berbasis pada nilai-nilai Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah serta semangat nasionalisme. PWI-LS lahir dari keprihatinan terhadap berkembangnya paham-paham keagamaan yang dinilai menyimpang dari nilai kebangsaan serta warisan para wali, terutama Walisongo yang menjadi simbol penyebaran Islam moderat di Nusantara.
Visi dan Misi
PWI-LS mengusung visi membela ajaran Islam moderat ala Walisongo, menjaga keutuhan NKRI, serta melestarikan budaya lokal sebagai identitas bangsa. Adapun misi mereka mencakup:
-
Menolak pemanfaatan simbol agama untuk kepentingan politik praktis.
-
Mengkritisi gerakan yang dianggap memanipulasi sejarah nasional dan identitas leluhur.
-
Membendung penyebaran ajaran atau klaim keturunan Rasulullah yang tidak terverifikasi.
-
Mengedepankan keadilan sosial dan pemberdayaan umat.
Organisasi ini bukan hanya bergerak di bidang keagamaan, tetapi juga sosial dan budaya, termasuk melalui kegiatan dakwah, pendidikan pesantren, hingga advokasi sosial.
Ideologi: Menjaga Islam Nusantara dari Pengaruh Luar
PWI-LS dikenal tegas dalam mempertahankan ajaran Islam Nusantara—yakni Islam yang tumbuh bersama budaya lokal, ramah, dan toleran. Mereka menentang keras bentuk-bentuk ajaran atau narasi yang dinilai mengancam keutuhan bangsa dengan membawa ideologi luar, seperti paham transnasional yang cenderung mengabaikan kearifan lokal.
Salah satu titik kritik mereka tertuju pada klaim keturunan Nabi Muhammad SAW yang tidak dibuktikan secara ilmiah atau genealogi resmi. Dalam sudut pandang PWI-LS, klaim semacam ini tidak hanya berpotensi menyesatkan umat, tetapi juga mengancam persatuan, sebab bisa menimbulkan fanatisme terhadap individu tertentu di luar kerangka hukum dan budaya Indonesia.
Kontroversi: Bentrokan di Pemalang, Jawa Tengah
Nama PWI-LS mencuat secara nasional setelah bentrok dengan massa Front Persatuan Islam (FPI) dalam acara Tabligh Akbar di Desa Pegundan, Pemalang, pada 22 Juli 2025.
Acara tersebut menghadirkan Rizieq Shihab sebagai pembicara utama. Meski pengamanan telah melibatkan aparat gabungan dan sebelumnya ada koordinasi antarpihak, bentrokan tetap pecah, menyebabkan setidaknya 15 orang luka-luka, termasuk anggota ormas, peserta acara, dan aparat.
Peristiwa ini membuka diskusi besar mengenai potensi konflik horizontal antarormas, serta lemahnya pengawasan terhadap kegiatan publik yang mengundang massa dalam jumlah besar. Meski pihak berwenang masih menyelidiki pemicu pasti bentrokan, kejadian ini mengingatkan pentingnya menjaga ketertiban ruang publik dan mencegah polarisasi atas nama agama.
Sosok Sentral: KH Muhammad Abbas Billy Yachsi (Gus Abbas)
Di balik eksistensi dan pengaruh PWI-LS, ada sosok karismatik yang menjadi penggeraknya, yaitu KH Muhammad Abbas Billy Yachsi, atau lebih dikenal dengan Gus Abbas atau Kang Babas.
Beliau adalah pimpinan Pondok Pesantren An Nadwah, yang berlokasi di Buntet, Cirebon. Gus Abbas dikenal sebagai ulama muda yang berwibawa, vokal, dan memiliki jaringan luas, terutama dalam kalangan pesantren dan ormas-ormas Islam tradisional.
Komitmen terhadap NKRI dan Islam Moderat
Dalam berbagai kesempatan, Gus Abbas menegaskan pentingnya menjaga keutuhan bangsa. Ia tidak hanya fokus pada isu keagamaan, tetapi juga nasionalisme, pluralisme, dan keadilan sosial. Berikut adalah beberapa pesan penting yang pernah disampaikan Gus Abbas:
“Saya mengimbau untuk tidak terprovokasi terhadap hasutan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Yang ingin mengadu domba rakyat Indonesia, bahkan sesama umat Islam.”
Gus Abbas juga menolak keras manipulasi sejarah oleh tokoh-tokoh tertentu demi keuntungan sosial atau politik. Ia mendesak umat untuk mewaspadai pihak-pihak yang mengklaim keturunan Nabi tanpa bukti valid, karena dapat merusak persaudaraan dan menimbulkan segregasi sosial.
Merespons Provokasi dan Menyerukan Perdamaian
PWI-LS berada dalam posisi yang cukup dilematis: menjadi pengkritik keras ideologi transnasional, namun juga kerap dituding memicu ketegangan antarormas. Untuk menghindari stigmatisasi dan memastikan organisasinya tidak terlibat dalam konflik, Gus Abbas selalu menekankan kepada anggotanya untuk:
-
Tidak mudah terpancing emosi.
-
Menjaga ketertiban di tengah masyarakat.
-
Menjaga perdamaian dengan ormas lain, meski berbeda pandangan.
-
Menegakkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
Dalam konteks nasional yang semakin kompleks, Gus Abbas melihat pentingnya sinergi antara ormas, aparat keamanan, dan pemerintah agar masyarakat tidak tercerai-berai karena isu agama atau identitas.
Posisi PWI-LS dalam Konstelasi Ormas Keagamaan
Berbeda dari ormas besar seperti NU atau Muhammadiyah, PWI-LS merupakan ormas baru yang mengambil posisi anti-radikalisme, pro-Islam Nusantara, serta nasionalisme. Mereka juga aktif menyuarakan edukasi sejarah keislaman yang berbasis lokalitas, serta pentingnya mengapresiasi peran para wali dalam membentuk identitas keagamaan bangsa.
Namun, posisi ini tentu menimbulkan friksi, terutama dengan kelompok-kelompok yang memiliki pendekatan tekstual atau transnasional. Benturan ideologi inilah yang kadang menjelma menjadi konflik fisik jika tidak dikelola dengan baik.
Tantangan ke Depan dan Harapan Gus Abbas
Menghadapi masa depan, PWI-LS dituntut untuk tetap konsisten dalam misi damainya, namun juga bijak dalam menghadapi perbedaan pendapat di ruang publik. Gus Abbas menyadari bahwa menjaga kesatuan bangsa tidak cukup hanya dengan wacana keagamaan, tapi juga memerlukan keteladanan, edukasi, dan pendekatan sosial yang nyata.
“Kita harus bersinergi dengan semua pihak untuk menjaga keutuhan bangsa,” tegas Gus Abbas.
Ia juga menegaskan bahwa peran pesantren dan ormas harus difokuskan pada pemberdayaan umat, bukan provokasi. Ia menyerukan kepada umat Islam di Indonesia untuk tidak terjebak dalam konflik internal, tetapi bersama-sama membangun Indonesia yang damai dan berkeadilan.
Kesimpulan
Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) adalah ormas yang hadir dengan semangat membela ajaran Islam moderat, menjaga warisan Walisongo, dan merawat identitas kebangsaan. Di bawah pimpinan Gus Abbas Billy Yachsi, organisasi ini terus menyuarakan pentingnya persatuan, edukasi, dan ketahanan sosial terhadap pengaruh-pengaruh ideologi yang dianggap membahayakan NKRI.
Meski tak lepas dari kontroversi, termasuk bentrokan dengan FPI, PWI-LS kini berada di titik penting untuk membuktikan peran strategisnya sebagai penyejuk di tengah gejolak sosial-keagamaan.
Dengan semangat moderat dan komitmen terhadap prinsip Bhinneka Tunggal Ika, PWI-LS punya potensi untuk menjadi salah satu motor pemersatu umat dan penjaga moral bangsa di era modern.