IPO PMUI Resmi Digelar: Sempat Diisukan Gagal, Langsung Sentuh ARB di Hari Pertama
allintimes.com – PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) akhirnya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 10 Juli 2025. Meskipun sempat diterpa isu pembatalan IPO sehari sebelumnya, perusahaan berhasil mencatatkan saham perdananya sebagai emiten ke-22 di tahun 2025. Aksi korporasi ini sempat menjadi sorotan publik, terutama karena kisruh informasi yang beredar di media sosial tentang potensi kegagalan pencatatan saham PMUI.
Namun, IPO PMUI tetap berjalan sesuai rencana. Sayangnya, momen bersejarah tersebut harus dibarengi dengan kenyataan pahit: saham PMUI langsung menyentuh batas Auto Rejection Bawah (ARB), terkoreksi hingga 15% pada hari pertama perdagangannya. Meski demikian, perusahaan tetap optimistis menatap masa depan dengan target pertumbuhan pendapatan hingga 10% tahun ini.
Kronologi Isu Gagal IPO PMUI: Mispersepsi atau Fakta?
Satu hari sebelum pencatatan perdana, akun media sosial Instagram @fransiskuswiguna mengunggah sebuah tangkapan layar email dari IDX Contact Center. Dalam email tersebut tertulis bahwa Bursa Efek Indonesia tidak dapat melanjutkan pencatatan saham PMUI, menimbulkan spekulasi bahwa IPO PMUI dibatalkan.
Potongan email itu menyatakan:
“Kami informasikan terkait dengan keterangan yang disampaikan adalah benar, bahwa BEI tidak dapat melanjutkan pencatatan saham PMUI yang dimaksud seperti tertera pada lampiran.”
Pernyataan itu langsung memicu keraguan publik akan validitas IPO PMUI. Namun, Direktur Utama PMUI, Agus Susanto, langsung memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hasil dari kesalahpahaman terkait kelengkapan dokumen dan persyaratan administratif yang telah diselesaikan oleh pihak penjamin emisi.
“Masalah itu tidak ada. Jadi pada saat itu kita sudah dapat investor strategis dan itu sudah beres. Jadi masalah yang di-blow up itu sebenarnya mispersepsi, miskomunikasi,” ujar Agus dalam jumpa pers di Jakarta.
Lebih lanjut, Agus menyebut bahwa Korean Investment Sekuritas Indonesia (KISI) selaku penjamin emisi telah berhasil mengamankan investor strategis yang menjadi syarat penting keberlanjutan proses IPO.
Saham PMUI Langsung Terkoreksi: Harga Menyentuh ARB
Meski berhasil melewati tahap pencatatan, saham PMUI menghadapi tantangan berat sejak awal perdagangan. Dari harga penawaran awal sebesar Rp180 per saham, saham PMUI terkoreksi 15% menjadi Rp153 per saham, yang merupakan batas penurunan harian maksimal sesuai regulasi BEI (Auto Rejection Bawah/ARB).
Dalam hari pertamanya di pasar, saham PMUI diperdagangkan sebanyak 884 ribu lembar saham dengan total frekuensi perdagangan mencapai 11 ribu kali, serta nilai transaksi sebesar Rp13,64 miliar. Meski volume dan frekuensinya tergolong aktif untuk ukuran IPO, harga sahamnya belum mampu bertahan dari tekanan pasar.
Beberapa analis menilai bahwa penurunan harga ini bisa dipengaruhi oleh ketidakpastian pasar serta sentimen negatif akibat isu yang berkembang sebelum IPO. Ditambah lagi, pelaku pasar kemungkinan masih berhati-hati terhadap emiten-emiten baru yang belum memiliki jejak kinerja publik yang panjang.
Penggunaan Dana Hasil IPO: Fokus Modal Kerja dan Ekspansi
Dalam prospektus IPO-nya, PMUI menyatakan berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp208,80 miliar dari pelepasan saham ke publik. Perusahaan telah merinci rencana penggunaan dana tersebut sebagai berikut:
-
43,5% untuk modal kerja
-
29,7% sebagai pinjaman ke anak usaha
-
26,8% untuk pembelian tanah dan bangunan
Langkah ini dinilai strategis untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam menghadapi tantangan operasional dan ekspansi bisnis. Alokasi besar untuk modal kerja menunjukkan komitmen PMUI dalam mempercepat perputaran bisnis, khususnya di sektor perdagangan dan distribusi.
Target Ambisius: Pertumbuhan Pendapatan 10% di 2025
Meskipun harus menghadapi koreksi tajam di hari pertama, PMUI tetap menyatakan optimisme terhadap kinerja keuangannya di tahun ini. Dalam keterangannya, Agus Susanto menyebut bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 10% pada tahun 2025.
Sebagai informasi, pada tahun fiskal 2024 lalu, PMUI mencatat penjualan bersih sebesar Rp3,2 triliun, dengan laba bersih sekitar Rp49 miliar. Angka tersebut mencerminkan rasio profit margin yang cukup konservatif di tengah tekanan biaya operasional dan inflasi umum.
“Kita harapkan (pendapatan) minimal 10 persen atau kalau nggak ada masalah kita harapkan target 10 persen. Profit agak susah ya. Karena tahu sendiri ini semua naik, gaji naik. Tapi kita harapkan stabil,” ujar Agus.
Pernyataan ini menandakan bahwa PMUI akan berfokus pada peningkatan pendapatan secara organik, sembari menjaga stabilitas laba bersih yang tergerus oleh tekanan biaya.
Profil Singkat PMUI: Siapa Mereka?
PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan perdagangan berbagai barang kebutuhan rumah tangga, produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods), hingga logistik. Perusahaan ini dikenal memiliki jaringan distribusi yang luas dan mitra kerja dari berbagai sektor industri.
Dengan masuknya PMUI ke pasar modal, perusahaan berharap bisa mengakses pendanaan jangka panjang yang lebih murah, memperluas jaringan distribusi, serta mempercepat ekspansi baik dalam maupun luar negeri.
Tantangan Pasca IPO: Perlu Bukti Nyata di Mata Investor
IPO hanyalah langkah awal dalam perjalanan menjadi perusahaan publik. Setelah berhasil mencatatkan saham di BEI, PMUI kini ditantang untuk menunjukkan transparansi, tata kelola perusahaan yang baik (GCG), serta konsistensi dalam kinerja finansial.
Penurunan harga saham pada hari pertama merupakan sinyal bahwa investor akan bersikap sangat selektif. PMUI perlu meyakinkan pasar dengan menyajikan kinerja kuartalan yang solid, serta memberikan komunikasi yang terbuka kepada publik, terutama terkait strategi jangka panjang perusahaan.
Kesimpulan
IPO PMUI menandai langkah penting perusahaan dalam memperluas basis investor dan mengakses modal publik. Meskipun sempat diterpa isu pembatalan dan mengalami tekanan harga di hari pertama perdagangan, PMUI tetap menunjukkan sikap optimis dan proaktif dalam menjawab keraguan pasar.
Dengan dana segar sebesar Rp208,80 miliar, PMUI akan fokus pada penguatan modal kerja dan ekspansi aset tetap. Target pertumbuhan pendapatan 10% di tahun 2025 menjadi sasaran realistis yang menantang, di tengah iklim bisnis yang fluktuatif.
Kini, tantangan utama PMUI adalah membangun kepercayaan investor jangka panjang. Kinerja yang baik, transparansi laporan keuangan, serta tata kelola perusahaan yang mumpuni akan menjadi kunci agar saham PMUI kembali menarik dan bernilai tambah bagi pemegang sahamnya.