Hamas Tegas: Tak Rela Sandera Dibebaskan Sebelum Semua Syarat Gencatan Senjata Terpenuhi

Omer Wenkert, sandera yang ditawan sejak 7 Oktober 2023, dibebaskan di Nuseirat, Gaza. (Foto: Reuters)

allintimes.com | Ketegangan antara Israel dan Hamas semakin memanas ketika militan Palestina secara resmi memastikan bahwa mereka tidak akan membebaskan sandera — meski Israel menggempur Gaza habis-habisan. Hamas menyebut bahwa pembebasan sandera hanya akan dilakukan jika Israel benar-benar menghentikan serangan dan mundur dari Jalur Gaza.

Hambatan Diplomasi: Hamas Tetap Keras Kepala

Dalam pernyataannya yang dirilis hari ini, Jubir sayap militer mereka, Abu Obeida, menegaskan bahwa Hamas hanya akan merelakan sandera dilepaskan jika Israel menghentikan sepenuhnya operasi militer dan menarik pasukannya. Keputusan ini mempertahankan deadlock politik yang telah berlangsung sejak awal perang.

Sementara itu, AS menyatakan tetap berada dalam “negosiasi intensif” dengan Hamas, dengan Presiden Trump menyerukan pembebasan sandera segera — memperingatkan situasi akan menjadi “demeaning” jika tidak ada netralisasi konflik.

Baca juga: Israel Panggil Hingga 100.000 Cadangan untuk Rencana Pendudukan Kota Gaza

Serangan Israel dan Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Selama berhari-hari, Israel terus menggempur Gaza City. Serangan udara menarget gedung-gedung tinggi; salah satunya Sousi Tower yang dihancurkan setelah peringatan singkat. Seruan evakuasi disampaikan secara mendesak kepada warga sipil, yang kini semakin terjepit.

Situasi telah bergeser ke titik kritis: Gaza kini digambarkan mirip zona kelaparan. Ribuan warga terjebak dalam kondisi minim makanan dan tempat berlindung, sementara organisasi bantuan kemanusiaan kewalahan menjangkau mereka.

Baca juga: Pembangkangan Meningkat di Kalangan IDF, Tekanan ke Netanyahu Kian Kuat

Tekanan Internal Israel: Hostage vs. Operasi Militer

Di sisi Israel, ketegangan juga terlihat antara pimpinan militer dan politik. Salah satu pejabat militer menentang strategi Netanyahu yang menolak kesepakatan parsial sandera—menilai hal itu dapat membahayakan orang-orang yang masih ditahan Hamas.

Publik juga menuntut penyelesaian cepat, dengan protes muncul mendorong negosiasi dan gencatan senjata — terutama untuk keselamatan sandera yang tersisa.

Mengapa Hamas Menolak Negosiasi Parsial?

Hamas melihat pembebasan sandera sebagai senjata diplomasi untuk menekan Israel agar mundur, sekaligus membuka kran bantuan kemanusiaan yang sejak lama terhambat. Sejarah negosiasi sebelumnya memperkuat posisi ini — kesepakatan parsial pernah ditawarkan, namun belum terimplementasi secara utuh.

Hamas khawatir, jika aksi pasif tidak diimbangi gencatan senjata yang menyeluruh, maka keputusan AS atau Israel yang menekan mereka terburu-buru bisa membuat konflik kembali meningkat, dengan sandera sebagai taruhan politik.

Dampak Sosial-Ekonomi dan Crisis Diplomatik

1. Manusia Tertahan di Zona Perang

Update menunjukkan lebih dari 40.000 anak di Gaza sudah cacat akibat perang, mempertegas urgensi gencatan senjata.

2. Diplomasi Terhambat dan Prospek Kesepakatan Tipis

Pembebasan sandera menjadi dikotomi: simbol kemanusiaan versus kemenangan militer. Tanpa senjata henti penuh, negosiasi kerap buntu akibat ketidakpercayaan.

3. Tekanan Politik Global

Aktivis seperti Greta Thunberg menyerukan agar pemimpin dunia bertindak menghentikan apa yang dia sebut “genosida Gaza.”

Siapa yang Rugi jika Tidak Ada Gencatan Senjata?

Hamas tetap di posisi keras: pembebasan sandera hanya setelah peralihan penuh dalam kondisi politik dan militer – terutama gencatan senjata dan mundur Israel. Sementara itu, serangan intens memicu krisis kemanusiaan terburuk di Gaza. Tanpa kemauan kedua pihak menahan diri, harapan kemanusiaan dan diplomasi akan makin memudar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *