Pembangkangan Meningkat di Kalangan IDF, Tekanan ke Netanyahu Kian Kuat

JACK GUEZ/Pool via REUTERS

Isu pembangkangan di tubuh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan semakin meruncing. Gelombang ketidakpuasan ini muncul seiring berlarut-larutnya perang di Gaza, memicu kekhawatiran akan stabilitas militer Israel dan motif politik di balik kelanjutan konflik.


Suara Kritik dari Anggota Cadangan dan Mantan Jenderal

Menurut laporan The Telegraph, penolakan berdasarkan alasan politik eksplisit, yang sebelumnya jarang terdengar di kalangan IDF, kini semakin meningkat. Fenomena ini terlihat jelas dari banyaknya surat publik yang ditandatangani oleh pasukan cadangan, yang secara terang-terangan mengecam cara Benjamin Netanyahu mengelola perang. Teguran dan bahkan pemecatan pun dikabarkan menyertai gelombang pembangkangan ini, mengindikasikan ketegangan yang serius.

Baca juga: Israel Tekor Lebih dari Rp325 Triliun Akibat Perang: Dampak Ekonomi Serangan 12 Hari terhadap Iran

Tidak hanya dari kalangan pasukan cadangan, suara-suara kritis juga datang dari purnawirawan jenderal. Jenderal Assaf Orion, mantan kepala perencanaan strategis di IDF, secara terbuka menyatakan keraguannya atas keharusan melanjutkan operasi militer di Gaza.

Meskipun Israel memiliki tujuan strategis yang jelas dalam menghadapi Iran dan Hizbullah di Lebanon, Orion menduga bahwa tujuan, cara, dan sarana strategis di Gaza telah “dibajak” oleh motif tersembunyi, dengan alasan utama perang yang berkepanjangan adalah kepentingan politik tertentu.

Motif Politik Benjamin Netanyahu Jadi Sorotan

Kecurigaan serupa diungkapkan oleh Eran Etzion, mantan wakil kepala dewan keamanan nasional Israel. Dengan lebih blak-blakan, Etzion menegaskan bahwa sebagian besar warga Israel kini memahami alasan utama kampanye di Gaza terus berlanjut adalah karena kepentingan politik, pribadi, dan hukum Netanyahu.

Etzion percaya bahwa Perdana Menteri membutuhkan perang ini untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan kekuasaannya. Banyak yang meyakini bahwa pemerintahan Netanyahu akan runtuh jika perang berakhir, mengingat partai-partai ultranasionalis dalam koalisinya kemungkinan besar akan meninggalkannya.

Rugi Melanjutkan Serangan, Nyawa Sandera Terancam

Skeptisisme ini tidak hanya terbatas pada jenderal yang sudah pensiun. Letjen Eyal Zamir, kepala staf IDF yang masih aktif, dilaporkan berpendapat bahwa hanya sedikit manfaat yang bisa diperoleh dengan melanjutkan serangan di Gaza. Justru, hal tersebut hanya akan mempertaruhkan nyawa sekitar 20 sandera yang diyakini masih hidup.

Meskipun Hamas telah terdegradasi menjadi unit gerilya independen, mereka terus berjuang di tengah reruntuhan, menyebabkan aliran kantong jenazah IDF terus berdatangan kembali ke Israel. Situasi ini menunjukkan dilema besar yang dihadapi militer Israel, di tengah tekanan dari dalam dan luar negeri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *