Strategi Iran Jualan Minyak Saat Perang dengan Israel: Fokus ke China demi Stabilitas Ekspor
allintimes.com – Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang meletus menjadi perang terbuka sejak pertengahan Juni 2025 tak hanya membawa dampak militer dan politik, tetapi juga menimbulkan tantangan besar dalam sektor energi, terutama ekspor minyak mentah.
Namun, alih-alih menurunkan volume ekspor, Iran justru menunjukkan ketahanan luar biasa dengan terus menjual minyak ke pasar internasional, khususnya ke China. Strategi ekspor ini menunjukkan bagaimana Teheran tetap menjaga jalur pendapatan utama negaranya meski berada dalam kondisi perang.
Penjualan Minyak Jadi Tulang Punggung Ekonomi Iran
Minyak merupakan tulang punggung perekonomian Iran. Pendapatan dari ekspor minyak mentah menjadi salah satu sumber devisa utama negara tersebut. Oleh karena itu, meskipun konflik bersenjata dengan Israel meningkat, Iran tidak menghentikan ekspor minyak. Justru, mereka memperkuat strategi distribusi dengan berbagai cara agar pengiriman minyak tetap berjalan lancar.
Menurut data perusahaan analisis energi Kpler, Iran tercatat telah memuat sekitar 2,2 juta barel per hari sepanjang minggu ketiga Juni 2025. Ini merupakan angka tertinggi dalam lima minggu terakhir, bahkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata ekspor Iran di masa damai. Fakta ini membuktikan bahwa Iran tidak hanya mempertahankan volume ekspor, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan keamanannya.
Fokus Strategis Iran: China sebagai Mitra Energi Utama
Dalam konteks global, China menjadi negara tujuan ekspor minyak utama bagi Iran. Ketika sebagian besar negara Barat memberlakukan sanksi ketat terhadap Iran, China tetap menjadi pembeli besar minyak Iran secara konsisten. Kedekatan diplomatik dan ketergantungan China pada pasokan energi dari luar negeri menjadikan hubungan energi antara kedua negara ini sangat erat.
Di tengah konflik militer dengan Israel, Iran memperkuat jalur pengiriman ke China. Langkah ini dilakukan dengan memindahkan sebagian besar armada kapal tanker penyimpanan terapung yang memuat sekitar 40 juta barel minyak ke wilayah-wilayah yang dekat dengan China. Dari jumlah tersebut, sekitar 8 juta barel berada langsung di lepas pantai China, sedangkan 20 juta barel lainnya berada di sekitar Singapura, sebagai titik transit strategis.
Dengan memarkir kapal tanker di dekat pasar tujuan, Iran menghindari risiko pengiriman jarak jauh saat perang. Langkah ini juga mempercepat proses jual beli sekaligus menjaga kontinuitas pasokan, sehingga Iran tetap menjadi pemasok utama minyak mentah bagi China.
Jalur Aman di Kharg Island
Iran juga menerapkan strategi khusus dalam proses pemuatan minyak di pelabuhan ekspor utama mereka, Kharg Island, yang berlokasi jauh di dalam Teluk Persia. Pulau ini memiliki dua dermaga utama: dermaga barat yang terbuka ke laut lepas, dan dermaga timur yang lebih terlindungi secara geografis.
Sepanjang pekan konflik berlangsung, Iran hanya menggunakan dermaga timur untuk memuat kapal tanker minyak. Keputusan ini dinilai cermat karena dermaga timur lebih aman dari kemungkinan serangan udara atau laut oleh Israel atau sekutunya. Hingga saat ini, fasilitas ekspor di Kharg Island tetap utuh dan beroperasi penuh.
Langkah ini menjadi bentuk antisipasi Iran terhadap potensi sabotase, sekaligus menjamin kelancaran distribusi minyak selama masa perang.
Serangan ke Infrastruktur Energi Belum Berdampak Langsung
Meski baik Iran maupun Israel telah saling menargetkan infrastruktur energi — seperti ladang gas South Pars di Iran dan kilang minyak Haifa di Israel — pengiriman minyak Iran masih relatif aman. Belum ada laporan bahwa jalur ekspor utama terkena dampak langsung.
Hal ini menunjukkan bahwa Iran telah mengantisipasi berbagai kemungkinan serangan, termasuk dengan memperkuat sistem pertahanan dan mendesain ulang jalur distribusi agar tetap berjalan di bawah tekanan militer.
OPEC dan Posisi Geopolitik Iran
Iran merupakan salah satu anggota penting dalam organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Dalam beberapa tahun terakhir, Iran mengalami kesulitan mempertahankan perannya akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Namun, konflik ini justru memberikan ruang bagi Iran untuk mempertegas posisinya sebagai pemain penting di pasar minyak global.
Dengan menargetkan ekspor langsung ke China dan negara-negara Asia lainnya, Iran dapat melewati tekanan pasar Barat sekaligus menjaga kestabilan harga minyak mentah dunia.
Keuntungan Strategis Iran dalam Perang Minyak
Ada beberapa poin strategis yang bisa ditarik dari langkah Iran mempertahankan penjualan minyak di tengah perang:
-
Pendapatan Berkelanjutan: Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, pendapatan dari minyak tetap mengalir dan meringankan beban fiskal pemerintah Iran.
-
Pengaruh Diplomatik Meningkat: Hubungan Iran dengan China makin erat, yang bisa meningkatkan posisi tawar Iran dalam urusan global pasca perang.
-
Efisiensi Operasi Logistik: Penempatan tanker dekat pasar membuat distribusi lebih efisien dan mengurangi risiko penundaan akibat gangguan logistik.
-
Signal Kekuatan: Kemampuan Iran menjaga pasokan minyak selama perang juga menjadi pesan simbolik bagi dunia bahwa mereka tetap berdiri kuat meskipun berada dalam tekanan militer dan ekonomi.
Tantangan dan Risiko ke Depan
Meski strategi Iran tampak berhasil untuk saat ini, masih ada risiko besar ke depan. Jika konflik makin meluas dan menyebabkan gangguan serius di Selat Hormuz — jalur vital pengiriman minyak dunia — maka pasar global akan terguncang. Bahkan JP Morgan memperkirakan harga minyak bisa menembus US$130 per barel jika selat itu ditutup.
Selain itu, Iran tetap harus menghadapi tantangan teknis dalam pengiriman, seperti pembatasan asuransi kapal, risiko serangan laut, dan potensi embargo baru dari negara-negara Barat.
Kesimpulan
Strategi Iran dalam menjual minyak selama perang dengan Israel mencerminkan kombinasi cermat antara taktik logistik, diplomasi energi, dan kesiapsiagaan militer. Dengan fokus pada pasar China, pemanfaatan dermaga terlindung di Kharg Island, dan penempatan tanker secara strategis, Teheran berhasil menjaga stabilitas ekspor sekaligus mempertahankan sumber pendapatan negara.
Meskipun risiko masih membayangi, langkah-langkah ini menunjukkan betapa penting dan strategisnya peran energi dalam dinamika geopolitik modern. Iran bukan hanya sedang berperang di medan tempur, tetapi juga sedang memainkan permainan panjang di pasar energi dunia.