Tragedi Diplomat Kemlu RI Tewas: Kisah Arya Daru Pangayunan dan Misteri di Baliknya

allintimes.com – Jakarta, Juli 2025 – Duka mendalam menyelimuti Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) setelah salah satu diplomat terbaiknya, Arya Daru Pangayunan (ADP), ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Kematian pria berusia 39 tahun itu memicu keprihatinan luas, terutama mengingat dedikasi dan kiprahnya dalam berbagai misi kemanusiaan serta penanganan perlindungan WNI di luar negeri.

Arya ditemukan tewas di sebuah kamar kos di kawasan elite Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi, 8 Juli 2025. Tubuhnya tergeletak tak bernyawa, dengan bagian wajah terbungkus lakban atau isolasi.

Kendati tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuhnya, kasus ini menimbulkan berbagai spekulasi di tengah masyarakat, terlebih karena ADP diketahui pernah menjadi saksi dalam kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berskala internasional.

Profil Arya Daru Pangayunan: Diplomat Teladan yang Berdedikasi

Arya Daru Pangayunan bukanlah nama asing di lingkungan Kemlu RI. Ia bergabung sebagai diplomat fungsional muda sejak tahun 2014. Dalam kurun waktu satu dekade, kariernya meroket berkat integritas, loyalitas, dan dedikasinya yang tinggi dalam melindungi WNI di luar negeri.

Selama masa tugasnya, ADP sempat ditempatkan di dua Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), yakni di Dili, Timor Leste, dan Buenos Aires, Argentina. Namun kontribusinya paling besar justru dirasakan ketika ia bergabung dengan Direktorat Perlindungan WNI Kemlu RI pada tahun 2022.

Menurut Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, ADP dikenal sebagai sosok yang tulus dan pekerja keras. Dalam berbagai kesempatan, ia terjun langsung ke lapangan, termasuk saat mengevakuasi anak-anak WNI yang telantar di Taiwan, membantu korban gempa bumi di Turki, hingga turut mengevakuasi WNI dari zona konflik di Iran.

“Mas Daru adalah sosok yang selalu siap turun langsung. Saya melihat sendiri bagaimana dia membopong anak-anak WNI telantar dari Taiwan, juga bagaimana ia membantu evakuasi dari Iran. Beliau luar biasa,” tutur Judha dengan mata berkaca-kaca usai prosesi pemakaman ADP di Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (9/7).

Kematian Tragis di Kamar Kos Menteng

Kabar mengejutkan itu datang pada Selasa pagi, 8 Juli 2025. Arya ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya yang berlokasi di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat. Wajahnya dalam kondisi tertutup rapat oleh lakban, sebuah fakta yang langsung memunculkan dugaan kemungkinan tindak kriminal.

Namun, hasil pemeriksaan awal dari pihak kepolisian menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kekerasan fisik pada jasad almarhum. Selain itu, tidak ditemukan barang-barang yang hilang dari kamar tersebut, memperkecil kemungkinan perampokan atau pembunuhan bermotif ekonomi.

Pihak kepolisian juga menyatakan bahwa sidik jari Arya ditemukan di permukaan lakban yang menutup wajahnya. Namun demikian, kepastian penyebab kematian masih menunggu hasil laboratorium forensik untuk menyingkap kemungkinan lain, termasuk unsur kekerasan non-fisik atau dugaan bunuh diri.

Saksi TPPO di Jepang: Benarkah Ada Hubungan?

Salah satu fakta menarik yang kemudian menyeruak ke permukaan adalah riwayat Arya sebagai saksi dalam kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Jepang. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Judha Nugraha dari Kemlu RI. “Memang betul, almarhum pernah menjadi saksi dalam kasus TPPO di Jepang. Tapi itu sudah lama, dan setahu saya kasus itu sudah selesai,” ujarnya.

Kendati demikian, pihak Kemlu dengan tegas meminta agar masyarakat tidak mengaitkan kematian ADP dengan pekerjaannya dalam menangani kasus-kasus sensitif semacam itu. “Kita jangan berspekulasi. Biarkan proses hukum dan penyelidikan polisi yang menentukan. Kami tidak ingin menimbulkan asumsi yang tidak berdasar,” tambah Judha.

Akan Bertugas ke Finlandia

Yang membuat kematian ADP semakin menyedihkan adalah kenyataan bahwa ia tengah bersiap untuk memulai penugasan baru di KBRI Helsinki, Finlandia. Penugasan itu rencananya akan dimulai akhir Juli 2025.

Namun takdir berkata lain. Alih-alih mengemas barang untuk berangkat ke luar negeri, jenazah Arya justru dipulangkan ke kampung halamannya di Yogyakarta untuk dimakamkan.

“Perpisahan ini bukan perpisahan biasa, ini perpisahan selamanya. Tapi kami percaya, almarhum insya Allah husnul khatimah. Kami bersaksi, dia orang baik,” ujar Judha dalam pidato singkatnya di hadapan keluarga dan pelayat.

Respons Publik dan Dukungan Rekan Sejawat

Kematian Arya Daru Pangayunan memunculkan gelombang simpati dari berbagai kalangan, termasuk para diplomat muda dan komunitas perlindungan WNI. Di media sosial, tagar #JusticeForDaru dan #PahlawanTanpaTandaJasa sempat menjadi trending topic di Indonesia.

Banyak netizen yang mengungkapkan rasa terima kasih atas dedikasi Arya, terutama dalam kasus-kasus kemanusiaan yang melibatkan evakuasi dan perlindungan WNI. Banyak pula yang menyerukan agar kasus kematian Arya ditangani secara serius dan transparan oleh aparat penegak hukum.

“Diplomat muda yang tangguh, penuh semangat dan cinta pada tugasnya. Kami berduka, dan kami menuntut kejelasan atas kematiannya,” tulis salah satu rekan diplomat dalam unggahan Instagram.

Tantangan Perlindungan WNI dan Risiko Diplomasi

Kematian tragis Arya menjadi cermin atas risiko pekerjaan yang sering kali dihadapi oleh para diplomat, khususnya mereka yang berada di garis depan perlindungan WNI. Penanganan TPPO, konflik bersenjata, dan evakuasi darurat bukanlah tugas yang ringan.

Diplomat seperti Arya harus berhadapan dengan kondisi lapangan yang berat, risiko keamanan, bahkan ancaman dari jaringan kriminal lintas negara. Namun dalam banyak kasus, kerja keras mereka tidak selalu terlihat oleh publik.

Arya adalah salah satu dari sedikit diplomat yang benar-benar terjun langsung dan memberi dampak nyata bagi keselamatan WNI di luar negeri. Kematian tragisnya harus menjadi pengingat bahwa perlindungan WNI bukan sekadar tugas administratif, melainkan panggilan kemanusiaan yang sarat risiko.

Menunggu Kepastian, Menghormati Jasa

Hingga kini, masyarakat masih menanti hasil lengkap penyelidikan polisi atas kematian Arya Daru Pangayunan. Apakah ini murni kecelakaan, dugaan bunuh diri, atau ada motif lain di baliknya? Semuanya masih menjadi misteri.

Namun satu hal yang pasti: Indonesia kehilangan seorang diplomat muda yang berdedikasi, jujur, dan penuh empati. Sosok seperti Arya adalah cerminan idealisme dan semangat kemanusiaan yang menjadi fondasi diplomasi Indonesia di tengah tantangan global.

Semoga jasadnya tenang di sisi Tuhan, dan perjuangannya terus dikenang sebagai inspirasi bagi generasi diplomat Indonesia selanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *