Fasilitas Nuklir Diserang, Iran Nyatakan Perang Dimulai: Awal Konflik Global?
allintimes.com – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kembali memuncak tajam menyusul serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir utama milik Iran. Dalam sebuah langkah yang dinilai sebagai eskalasi serius, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa militer AS telah melancarkan serangan udara terhadap tiga instalasi strategis: Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan ini memicu pernyataan resmi dari pihak Iran bahwa perang kini telah dimulai, dengan seluruh warga dan personel militer AS di kawasan menjadi target sah.
Serangan Terhadap Fasilitas Nuklir: Awal Mula Konflik Terbuka
Serangan diluncurkan pada Jumat, 21 Juni 2025, dan diumumkan secara terbuka oleh Presiden Trump melalui akun media sosial Truth Social. Dalam pernyataannya, Trump menyatakan bahwa ketiga fasilitas—Fordow, Natanz, dan Isfahan—telah dihancurkan secara total. “Seluruh muatan bom telah dijatuhkan dengan presisi dan semua pesawat kembali dengan selamat. Ini adalah keberhasilan militer yang spektakuler,” tulis Trump.
Sasaran utama serangan ini adalah menghancurkan kemampuan pengayaan uranium Iran, yang menurut AS merupakan ancaman nuklir global. Trump menyebut operasi ini sebagai tindakan pencegahan untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai “negara sponsor terorisme nomor satu di dunia.”
Fordow, Natanz, dan Isfahan: Tiga Pilar Nuklir Iran
Fasilitas Fordow dan Natanz adalah situs pengayaan uranium paling penting di Iran. Keduanya dikenal memiliki sentrifugal canggih yang dapat memperkaya uranium hingga tingkat mendekati 90%, level yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Sementara itu, Isfahan berfungsi sebagai pusat riset dan pengembangan teknologi nuklir serta bahan baku nuklir.
Ketiga situs tersebut dianggap vital dalam proyek nuklir Iran yang selama ini menuai sorotan dari dunia internasional. Serangan terhadap fasilitas-fasilitas ini tidak hanya menjadi simbol dari konfrontasi militer, tetapi juga upaya nyata untuk melemahkan potensi strategis Iran dalam waktu singkat.
Reaksi Iran: “Perang Telah Dimulai”
Tak lama setelah pengumuman resmi dari AS, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran merilis pernyataan tegas bahwa serangan ini merupakan deklarasi perang. “Sekarang perang telah dimulai bagi kami,” tulis IRGC di media sosial. Lebih jauh lagi, seorang juru bicara pemerintah Iran menyebut bahwa setiap warga sipil atau personel militer Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah kini menjadi target yang sah.
Komentar tersebut mengindikasikan bahwa konflik ini bisa segera meluas, tidak hanya di wilayah Iran dan Israel, tetapi juga ke negara-negara tetangga dan pangkalan militer AS di Timur Tengah seperti Irak, Qatar, dan Bahrain.
Iran Awalnya Bantah, Kemudian Akui Fasilitas Terserang
Menariknya, pada awalnya Iran sempat membantah bahwa fasilitas mereka telah diserang. IRGC menyatakan bahwa “tidak ada bukti nyata” mengenai klaim Trump, dan menyebutnya sebagai propaganda. Namun, beberapa jam kemudian, media nasional Iran mengonfirmasi bahwa ketiga situs tersebut memang telah dikosongkan sebelum serangan terjadi, sebagai langkah antisipasi.
Seorang penasihat Ketua Parlemen Iran mengatakan bahwa fasilitas Fordow telah dikosongkan dalam beberapa hari terakhir. “Serangan itu tidak menimbulkan kerusakan permanen yang berarti,” katanya. Namun, ia menambahkan dengan tegas, “Pengetahuan tidak bisa dibom, dan si penjudi pasti akan kalah kali ini,” menyiratkan bahwa semangat dan teknologi nuklir Iran tak bisa dihancurkan hanya dengan serangan fisik.
Reaksi Internasional: Dunia dalam Kekhawatiran
Dewan Keamanan PBB hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi, tetapi beberapa negara anggota telah menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi yang berpotensi memicu konflik skala besar.
Negara-negara Uni Eropa, seperti Jerman dan Prancis, menyerukan deeskalasi dan meminta kedua belah pihak untuk menahan diri. Sementara itu, Rusia dan China menyatakan bahwa tindakan militer sepihak seperti ini dapat mengacaukan stabilitas kawasan dan memicu ketegangan global yang lebih luas.
Beberapa pengamat menyebut bahwa langkah AS ini bisa berdampak langsung terhadap stabilitas energi dunia. Iran merupakan salah satu produsen minyak utama di dunia dan jika konflik berkembang menjadi perang terbuka, distribusi minyak melalui Selat Hormuz dapat terganggu, mendorong harga minyak melonjak tajam.
Ancaman Terhadap Warga dan Kepentingan AS
Deklarasi Iran bahwa semua warga dan personel militer AS di kawasan kini menjadi target sah menimbulkan kekhawatiran mendalam terhadap keamanan ribuan warga Amerika yang berada di Timur Tengah, termasuk diplomat, pekerja ekspatriat, dan personel militer.
Beberapa perusahaan multinasional telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke kawasan Teluk Persia, sementara pemerintah AS tengah mengevakuasi staf non-esensial dari kedutaan dan pangkalan di kawasan tersebut.
Potensi Serangan Balasan dan Eskalasi
Pernyataan Trump yang menyebut “masih banyak target yang tersisa” menunjukkan bahwa AS tidak menutup kemungkinan akan kembali meluncurkan serangan tambahan jika Iran merespons secara militer.
Iran, dengan jaringan milisi proksi seperti Hizbullah di Lebanon dan milisi Syiah di Irak serta Suriah, diyakini memiliki kemampuan untuk menyerang kepentingan AS secara asimetris. Serangan rudal, drone, hingga serangan siber kemungkinan besar akan menjadi bagian dari strategi balasan Iran.
Akankah Dunia Menghadapi Perang Dunia III?
Kekhawatiran global kini mengarah pada kemungkinan pecahnya konflik yang lebih luas, bahkan menuju Perang Dunia III. Beberapa analis menyatakan bahwa jika Iran menyerang Israel atau pangkalan militer AS secara langsung, maka AS akan mengaktifkan semua sekutu NATO untuk memberikan respons kolektif.
Konflik Israel-Iran sebelumnya sudah cukup membara, tetapi keterlibatan langsung militer AS dalam menyerang fasilitas nuklir menjadikan ini sebagai titik balik yang jauh lebih serius.
Dunia dalam Bayang-Bayang Perang
Serangan terhadap Fordow, Natanz, dan Isfahan menandai momen krusial dalam sejarah hubungan Amerika-Iran. Jika tidak segera diredam, konflik ini bisa memicu perang regional bahkan global. Iran telah menyatakan secara terbuka bahwa perang telah dimulai, dan peringatan keras terhadap warga Amerika menandai level eskalasi tertinggi sejak konflik Teluk pada awal 2000-an.
Kini dunia menanti langkah-langkah diplomatik dari negara-negara besar dan badan internasional untuk menurunkan tensi. Sebab jika tidak, kita semua berada di ambang bencana global yang tak hanya mengancam keamanan, tetapi juga stabilitas ekonomi dan kemanusiaan di seluruh dunia.