Perang Saudara Menggila di Benue, Nigeria Tengah: Lebih dari 100 Warga Tewas Dibakar Hidup-Hidup

allintimes.com – Benue, Nigeria Tengah — Kekerasan yang brutal dan tak berperikemanusiaan kembali mengguncang negara bagian Benue di Nigeria tengah. Pada Jumat malam hingga Sabtu (13–14 Juni 2025), serangan bersenjata yang diduga dilakukan oleh kelompok penggembala kembali terjadi di desa Yelewata. Sedikitnya 100 orang dilaporkan tewas, dan banyak dari mereka dibakar hidup-hidup di rumah mereka sendiri.

Tragedi Mengerikan di Yelewata

Pernyataan resmi dari Amnesty International mengungkapkan betapa brutalnya serangan yang terjadi di wilayah Middle Belt tersebut. Organisasi hak asasi manusia itu menyatakan bahwa banyak keluarga dikunci di kamar mereka lalu dibakar hidup-hidup oleh kelompok bersenjata.

“Puluhan orang masih hilang, sementara banyak lainnya terluka parah dan tidak mendapat perawatan medis yang memadai. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang tidak bisa dibiarkan,” ujar Amnesty International Nigeria melalui platform X (dulu Twitter).

Yelewata, sebuah desa yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketegangan agraria dan kekerasan sektarian, kini menjadi simbol penderitaan masyarakat Nigeria akibat konflik berkepanjangan yang tak kunjung usai.

Middle Belt: Garis Pemisah yang Panas

Wilayah Middle Belt Nigeria, termasuk negara bagian Benue, adalah zona geografis dan sosial yang sangat sensitif. Wilayah ini memisahkan utara Nigeria yang mayoritas Muslim dengan selatan yang mayoritas Kristen. Ketegangan di wilayah ini tak hanya bersifat agama, tetapi juga etnis dan ekonomi, terutama dalam hal perebutan lahan antara petani dan penggembala.

Dalam beberapa dekade terakhir, Benue dikenal sebagai “pusat konflik agraria” di Nigeria. Para petani, yang sebagian besar adalah warga etnis Tiv beragama Kristen, hidup berdampingan dengan para penggembala, sebagian besar dari etnis Fulani beragama Islam.

Ketika musim berganti, penggembala mengarahkan ternaknya mencari padang rumput baru, yang sering kali mengarah ke lahan pertanian milik warga lokal. Ini memicu konflik, yang dari waktu ke waktu bereskalasi menjadi kekerasan bersenjata.

Konflik Agraria atau Perang Saudara?

Apa yang awalnya merupakan konflik agraria kini berkembang menjadi apa yang disebut banyak analis sebagai “perang saudara tidak resmi” di Nigeria tengah. Serangan-serangan seperti yang terjadi di Yelewata adalah bukti nyata bahwa kekerasan tidak lagi bersifat spontan, tetapi terorganisir dan menyasar warga sipil secara langsung.

Menurut SBM Intelligence, lembaga riset kebijakan yang berbasis di Lagos, lebih dari 500 orang tewas sejak 2019 akibat kekerasan di wilayah Benue. Sementara itu, lebih dari 2,2 juta orang telah mengungsi, meninggalkan rumah dan lahan mereka yang tak lagi aman.

Bulan Berdarah di Benue

Tragedi Yelewata bukanlah insiden tunggal. Bulan sebelumnya, 42 orang tewas dalam serangan serupa di distrik Gwer West, juga di negara bagian Benue. Serangan tersebut dilakukan oleh kelompok bersenjata yang disebut-sebut sebagai bagian dari kelompok penggembala bersenjata Fulani, meski tidak ada pihak yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab.

Warga lokal telah berulang kali menyuarakan keluhan tentang minimnya kehadiran aparat keamanan dan lambannya respon pemerintah pusat. Banyak yang merasa bahwa mereka dibiarkan bertahan sendiri di tengah kekerasan yang tak berkesudahan.

Reaksi dan Kecaman Dunia Internasional

Serangan di Yelewata menarik perhatian komunitas internasional. Amnesty International Nigeria dengan tegas mengecam kekerasan yang terjadi dan mendesak pemerintah Nigeria untuk segera mengambil tindakan.

“Negara harus mengutamakan perlindungan warga sipil dan memastikan para pelaku kekerasan ini dibawa ke pengadilan. Ketiadaan keadilan hanya memperpanjang penderitaan dan memperkuat budaya impunitas,” ujar organisasi tersebut dalam pernyataan resminya.

Namun hingga saat ini, otoritas lokal dan nasional belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai tragedi tersebut. Ketidakhadiran negara dalam merespons tragedi ini mempertegas krisis kepemimpinan dan lemahnya penegakan hukum di Nigeria.

Akar Masalah: Ketimpangan dan Polarisasi

Kekerasan yang terjadi di Benue tidak bisa dilepaskan dari masalah struktural yang melanda Nigeria selama bertahun-tahun. Ketimpangan ekonomi, keterbatasan akses terhadap pendidikan, serta sistem pertanian tradisional yang tak dilindungi kebijakan negara menciptakan lingkungan yang subur bagi konflik sosial.

Selain itu, polarisasi identitas etnis dan agama semakin memperparah situasi. Ketika petani dan penggembala tidak hanya berbeda profesi tetapi juga berbeda keyakinan, maka konflik yang muncul tidak lagi hanya soal tanah, tetapi juga tentang survival identitas dan eksistensi komunitas.

Ke Mana Arah Konflik Ini?

Jika tidak segera diatasi, kekerasan di Benue berpotensi meluas dan menular ke negara bagian lain di Middle Belt seperti Plateau, Nasarawa, dan Taraba. Bahkan tidak menutup kemungkinan konflik ini berubah menjadi konflik skala nasional, memperburuk krisis keamanan di Nigeria yang sudah berat dengan masalah terorisme Boko Haram di timur laut dan separatisme di tenggara.

Nigeria, sebagai negara berpenduduk terbesar di Afrika dan salah satu kekuatan ekonomi utama benua itu, kini menghadapi krisis kemanusiaan, keamanan, dan politik secara bersamaan.

Harapan Warga dan Tuntutan Solusi

Warga Yelewata dan sekitarnya kini hidup dalam trauma dan ketakutan. Mereka menuntut pemerintah memberikan perlindungan nyata, bukan hanya janji dan wacana. Banyak yang berharap intervensi internasional atau dukungan kemanusiaan segera hadir untuk mengatasi dampak kekerasan.

Beberapa solusi jangka pendek yang disarankan oleh pengamat termasuk:

  • Peningkatan kehadiran militer dan pasukan perdamaian di wilayah rawan.

  • Program mediasi antar-komunitas untuk meredakan ketegangan.

  • Penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan, tanpa diskriminasi.

  • Dukungan kepada pengungsi dan penyintas konflik.

Sementara untuk jangka panjang, Nigeria perlu reformasi agraria yang adil, pengelolaan sumber daya yang inklusif, dan pendidikan lintas etnis untuk mendorong toleransi.

Perang Saudara di Benue berskala Nasional

Tragedi kemanusiaan di Yelewata, Benue, adalah gambaran nyata dari krisis kompleks yang dihadapi Nigeria. Ini bukan sekadar konflik antara petani dan penggembala. Ini adalah simbol kegagalan negara dalam melindungi rakyatnya, dan panggilan mendesak untuk dunia agar tidak berpaling dari penderitaan yang terjadi.

Jika tidak ada langkah konkret dan segera, Benue bisa jadi hanyalah permulaan dari perang saudara berskala nasional yang menghancurkan masa depan Nigeria.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *