Tiga Kapal Perang Rusia Kembali Sambangi Jakarta, Simbol Penguatan Diplomasi Militer

allintimes.com – Kedatangan tiga kapal perang Rusia di Jakarta pada 3 Juni 2025 menandai babak baru dalam hubungan pertahanan Indonesia dan Rusia. Setelah absen selama tujuh tahun, kunjungan ini tak sekadar seremonial, melainkan sinyal kuat atas kedekatan strategis kedua negara, khususnya di bidang militer dan teknologi pertahanan.

Armada Rusia Bersandar di Jakarta

Tiga kapal dari Armada Pasifik Rusia, yaitu dua korvet Pahlawan Federasi Rusia Aldar Tsydenzhapov dan Rezky, serta satu kapal logistik Pechenga, bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Ketiga kapal ini sebelumnya berlayar selama berbulan-bulan di kawasan Samudra Hindia dan Pasifik, sebelum akhirnya singgah di ibu kota Indonesia dalam rangkaian misi diplomatik.

Armada tersebut berasal dari pangkalan angkatan laut Rusia di Vladivostok, Siberia Timur, kawasan yang strategis karena berdekatan dengan negara-negara seperti Jepang, China, dan Semenanjung Korea. Kunjungan ini menjadi momentum penting mengingat terakhir kali kapal perang Rusia bersandar di Indonesia adalah pada tahun 2017, ketika kapal perusak Admiral Panteleyev mengunjungi pelabuhan yang sama.

Tradisi Maritim Rusia dan Jejak Sejarah di Nusantara

Hubungan maritim antara Rusia dan kepulauan Nusantara bukanlah sesuatu yang baru. Sejarah mencatat bahwa sejak masa Tsar Peter Agung (1682–1721), Rusia sudah memiliki minat besar terhadap dunia maritim dan kawasan Asia Tenggara. Peter Agung dikenal sebagai pembaru kekuatan maritim Rusia dengan mengadopsi teknologi Belanda, bahkan kata “kelasi” dalam bahasa Rusia — matroos — diambil dari bahasa Belanda.

Menariknya, pada abad ke-19, Pangeran Nikolai Romanov (yang kelak menjadi Tsar Nicolas II) sempat berkunjung ke Batavia (Jakarta) menggunakan kapal penjelajah Pamiat Azova pada tahun 1891. Bahkan seorang letnan angkatan laut Rusia, Khokhlov, pernah dimakamkan di Sabang setelah wafat dalam kunjungan militer pada awal abad ke-20. Hal ini menandakan kedekatan historis antara kekuatan maritim Rusia dengan wilayah Nusantara.

Memperkuat Diplomasi Pertahanan

Kedatangan armada Rusia kali ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan historis, tetapi juga sarana mempererat kerja sama pertahanan di tengah situasi geopolitik global yang menegang. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik RI-Rusia. Selain itu, misi ini juga bertujuan memperkuat persahabatan dan kerja sama militer yang telah terjalin selama ini.

Kehadiran kapal perang Rusia ini tidak terlepas dari dinamika perang Rusia-Ukraina yang terus berlanjut. Di tengah tekanan dari negara-negara Barat, Rusia gencar memperkuat hubungan militer dengan negara-negara nonblok dan mitra strategis di Asia, termasuk Indonesia. Hal ini terlihat dari keikutsertaan AL Rusia dalam latihan bersama TNI AL sejak akhir 2024, hingga keikutsertaan dalam latihan multinasional Komodo 2025 di Bali.

Latihan Militer dan Misi Regional

Tak hanya di Indonesia, armada Rusia ini sebelumnya juga melakukan rangkaian latihan dan kunjungan di berbagai negara. Salah satu yang menarik adalah latihan gabungan bersama AL Iran dan AL China di perairan sekitar Iran–Pakistan pada Maret 2025. Latihan ini juga dihadiri oleh sejumlah negara pengamat seperti Kazakhstan, Pakistan, Oman, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab.

Sebelum sampai ke Jakarta, armada ini juga sempat menghadiri pameran dirgantara internasional LIMA 2025 di Langkawi, Malaysia. Agenda padat ini memperlihatkan bahwa misi kapal perang Rusia bukan sekadar pelayaran biasa, tetapi bagian dari strategi pertahanan regional dan global, serta upaya memperkuat pengaruh diplomasi militer Rusia di kawasan Asia.

Isyarat Transfer Teknologi dan Kerja Sama Industri Pertahanan

Salah satu isu strategis yang mencuat dalam kunjungan ini adalah potensi kerja sama alih teknologi. Atase Pertahanan Rusia untuk Indonesia, Kolonel Senior Maxim Lukianov, menyatakan bahwa Rusia terbuka untuk menjalin kemitraan dalam pengembangan senjata dan teknologi pertahanan dengan Indonesia.

Korvet Aldar Tsydenzhapov yang menjadi bagian dari kunjungan ini merupakan kapal modern dengan sistem persenjataan canggih. Menurut Lukianov, kapal ini memiliki kemampuan setara fregat dengan rudal berjangkauan hingga 320 kilometer, rudal antipesawat sejauh 120 kilometer, senjata permukaan 48 kilometer, dan torpedo bawah laut yang mampu mencapai kedalaman 800 meter. Semua sistem peluncur torpedo telah terintegrasi dalam lambung kapal untuk efisiensi dan perlindungan optimal.

Lebih jauh, Lukianov menyinggung tentang potensi kerja sama industri pertahanan di dalam negeri, seperti pabrik bom untuk pesawat tempur Sukhoi di Malang yang kini telah mengekspor ke Vietnam dan bahkan Rusia. Hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar pertahanan dan memperkuat basis industrinya dengan dukungan Rusia.

Harapan Lanjutan Kerja Sama Jet Tempur Su-35

Salah satu proyek besar yang sempat tertunda antara Indonesia dan Rusia adalah pembelian jet tempur Su-35. Meski sempat terhambat oleh tekanan embargo dan sanksi internasional, Rusia tetap menunjukkan komitmennya untuk melanjutkan proyek tersebut. “Rusia selalu siap dan terbuka,” kata Kolonel Lukianov, menegaskan kesiapan Moskow untuk mengaktifkan kembali kesepakatan ini bila kondisi memungkinkan.

Selain Su-35, dalam katalog persenjataan Rusia yang telah digunakan oleh TNI, terdapat helikopter serbu Mi-35, helikopter angkut Mi-17, tank amfibi BMP-3F, dan rudal supersonik Yakhont yang mampu menjangkau target hingga 300 kilometer. Semua itu merupakan bagian dari portofolio militer yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut dalam kerangka kerja sama bilateral.

Menimbang Arah Strategis Indonesia

Bagi Indonesia, kerja sama pertahanan dengan Rusia menawarkan alternatif di tengah dinamika global yang cenderung bipolar. Kemandirian pertahanan yang menjadi prioritas nasional dapat diperkuat dengan diversifikasi mitra strategis, termasuk dengan Rusia yang memiliki reputasi sebagai salah satu produsen senjata utama dunia.

Alih teknologi, kerja sama pelatihan, dan latihan bersama menjadi elemen penting untuk membangun kekuatan pertahanan yang tangguh dan otonom. Meskipun ada tekanan dari negara-negara Barat, khususnya dalam konteks pengadaan alutsista dari Rusia, Indonesia tetap perlu mempertimbangkan kepentingan nasionalnya secara mandiri.

Bukan Sekadar Pelayaran Biasa

Kunjungan kapal perang Rusia ke Jakarta bukan sekadar pelayaran biasa, melainkan bagian dari sinyal strategis memperkuat kerja sama pertahanan antara dua negara. Seiring dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik RI-Rusia, kehadiran armada laut ini menggarisbawahi komitmen Rusia dalam memperluas kemitraan dengan Indonesia.

Lebih dari itu, peluang alih teknologi, kerja sama industri militer, dan latihan gabungan menjadi modal penting dalam membangun kemandirian pertahanan Indonesia. Di tengah gejolak global, kerja sama yang pragmatis dan strategis seperti ini menjadi semakin relevan untuk masa depan pertahanan nasional yang tangguh dan mandiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *