Gunung Lewotobi Erupsi: Hujan Kerikil dan Pasir Landa Permukiman, Warga Dievakuasi

allintimes.com Flores Timur, NTT – Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Pada hari Senin (tanggal tidak disebutkan dalam referensi, namun diasumsikan terkini), sekitar pukul 11.05 WITA, gunung ini mengalami erupsi disertai dengan semburan abu, hujan kerikil, dan pasir yang menghujani permukiman warga di sekitarnya.

Erupsi ini bukan hanya menimbulkan kepanikan, tetapi juga langsung berdampak terhadap aktivitas warga, terutama karena terjadi bertepatan dengan jadwal pasar tradisional di Pasar Boru, Kecamatan Wulanggitang. Ribuan warga yang berada di area tersebut terpaksa menghentikan kegiatan dan mengungsi untuk menghindari dampak letusan yang cukup kuat ini.

Erupsi Lewotobi: Visualisasi dan Dampak Langsung

Gunung Lewotobi Laki-Laki memuntahkan kolom abu vulkanik dengan tinggi mencapai 18.000 meter (18 kilometer) dari puncak gunung. Kolom abu tersebut terlihat berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal dan cenderung mengarah ke utara, timur laut, serta barat laut. Kondisi ini menyebabkan wilayah sekitar kaki gunung menjadi gelap gulita akibat tebalnya abu vulkanik yang menggantung di udara.

Menurut Avelina Manggota Hallan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Flores Timur, hujan kerikil dan pasir sempat menimpa pemukiman warga. Hal ini terekam dalam sejumlah video amatir yang beredar luas di media sosial, menunjukkan kondisi langit yang gelap, hujan batu vulkanik, serta warga yang berlarian untuk menyelamatkan diri.

Erupsi ini juga tercatat dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 mm dan durasi aktivitas kurang lebih 6 menit 26 detik. Durasi ini tergolong sedang hingga kuat dalam klasifikasi aktivitas vulkanik.

Warga Terdampak: Pasar Boru Jadi Lokasi Krisis

Pasar Boru, yang pada hari tersebut sedang menggelar pasar mingguan, menjadi salah satu lokasi paling terdampak. Banyak warga yang tengah berbelanja dan berdagang terjebak dalam kondisi yang penuh kepanikan. Pasar yang biasanya ramai dengan aktivitas jual beli mendadak berubah menjadi titik evakuasi darurat.

“Pas banget lagi hari pasar, jadi banyak warga yang langsung terdampak. Hujan batu sampai ke pasar,” ungkap Avelina.

Hingga kini, belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban luka maupun korban jiwa, namun BPBD bersama TNI, Polri, dan tim SAR terus melakukan pendataan dan evakuasi di lokasi-lokasi terdampak. Petugas juga terus memantau kemungkinan adanya erupsi susulan.

Koordinasi Tanggap Darurat Ditingkatkan

Sebagai bentuk respon cepat, BPBD Kabupaten Flores Timur telah mengerahkan tim ke sejumlah titik rawan untuk memantau kondisi secara langsung. Mereka bekerja sama dengan instansi lain seperti TNI, Polri, dan Basarnas (SAR) untuk mengevakuasi warga, mendata kerusakan, serta mendistribusikan bantuan darurat.

“Koordinasi di lapangan sangat baik. TNI, Polri, dan SAR langsung bergerak membantu proses evakuasi dan pendataan,” tutur Avelina.

Warga yang tinggal di lereng dan kaki gunung diminta untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman, terutama karena abu vulkanik dan kerikil yang turun dari langit sangat membahayakan kesehatan pernapasan dan keselamatan fisik.

Bahaya Abu Vulkanik: Imbauan Kesehatan untuk Warga

Abu vulkanik merupakan ancaman serius bagi kesehatan manusia. Partikel-partikel halus yang dihasilkan dari letusan dapat menyebabkan:

  • Gangguan pernapasan seperti batuk dan sesak napas

  • Iritasi mata dan kulit

  • Kerusakan pada saluran air dan atap rumah

  • Gangguan jarak pandang dan lalu lintas

Pihak BPBD dan dinas kesehatan setempat telah menghimbau warga untuk menggunakan masker, kacamata pelindung, dan tetap berada di dalam rumah atau pengungsian tertutup untuk meminimalisir dampak kesehatan.

Gunung Lewotobi Laki-Laki: Sejarah Aktivitas Vulkanik

Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan salah satu dari dua kerucut vulkanik kembar di Flores Timur, berpasangan dengan Gunung Lewotobi Perempuan. Keduanya tergolong gunung api tipe stratovolcano yang memiliki sejarah erupsi periodik.

Erupsi Lewotobi tercatat cukup sering dalam sejarah vulkanologi Indonesia. Namun, letusan kali ini terbilang besar karena ketinggian kolom abunya yang mencapai 18 kilometer, tergolong letusan eksplosif dan berdampak luas.

Status dan Potensi Erupsi Susulan

Hingga artikel ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) mengenai perubahan status gunung, apakah akan dinaikkan ke Siaga (Level III) atau Awas (Level IV). Namun mengingat intensitas dan efeknya, masyarakat diminta untuk:

  • Menjauhi radius berbahaya yang ditetapkan

  • Tidak beraktivitas di sekitar lembah sungai yang mengarah dari puncak gunung, guna menghindari potensi lahar dingin

  • Segera mengikuti arahan petugas bila diminta mengungsi

PVMBG diperkirakan akan memberikan pembaruan status dalam waktu dekat setelah mempelajari tren seismik dan aktivitas gunung pasca letusan.

Respon Warga: Trauma dan Kesiapsiagaan

Bagi sebagian warga di sekitar Kecamatan Wulanggitang, erupsi ini bukan yang pertama. Namun, setiap kali gunung meletus, selalu ada trauma yang tersisa.

“Sudah biasa gunung erupsi, tapi kali ini besar sekali, hujan kerikil sampai masuk rumah,” kata salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.

Kesiapsiagaan warga dan petugas lapangan sangat berpengaruh dalam meminimalkan dampak bencana alam ini. Evakuasi cepat dan edukasi mengenai mitigasi bencana menjadi kunci dalam menghadapi letusan gunung api.

Erupsi Lewotobi sebagai Peringatan

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada hari Senin ini menjadi pengingat bahwa Indonesia sebagai negara cincin api (ring of fire) memiliki potensi bencana geologi yang tinggi. Kejadian ini menegaskan pentingnya sistem deteksi dini, kesiapsiagaan masyarakat, serta koordinasi antar lembaga.

Sampai berita ini diturunkan, proses evakuasi dan pemantauan terus berlangsung. Masyarakat diminta tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari BPBD, PVMBG, dan BMKG. Ke depannya, upaya mitigasi jangka panjang sangat diperlukan agar kejadian serupa dapat ditangani lebih cepat dan efektif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *