Kura-Kura Juga Punya Perasaan: Menyingkap Kehidupan Emosional Reptil
allintimes.com – Selama bertahun-tahun, reptil dikenal sebagai makhluk yang ‘dingin’, kaku, dan dianggap tidak memiliki emosi seperti hewan mamalia atau burung. Namun, sebuah studi ilmiah terbaru berhasil membalikkan anggapan tersebut. Penelitian dari University of Lincoln, Inggris, menunjukkan bahwa kura-kura kaki merah (Chelonoidis carbonaria) ternyata mampu mengalami suasana hati jangka panjang, mirip dengan manusia.
Temuan ini tidak hanya mengubah cara kita memandang kecerdasan emosional reptil, tetapi juga berdampak luas terhadap praktik kesejahteraan hewan di seluruh dunia.
Penelitian yang Mengubah Pandangan Dunia tentang Reptil
Penelitian ini dipimpin oleh Prof. Anna Wilkinson, seorang pakar kognisi hewan, bersama tim dari University of Lincoln. Mereka menggunakan metode cognitive bias test, yaitu tes bias kognitif yang sebelumnya digunakan untuk menilai keadaan emosional pada manusia, mamalia, dan burung. Dalam studi ini, metode tersebut diterapkan untuk pertama kalinya secara sistematis pada reptil, khususnya kura-kura kaki merah.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kura-kura bisa mengalami mood state, yaitu suasana hati jangka panjang yang memengaruhi bagaimana mereka menanggapi situasi tertentu—apakah dengan optimisme atau pesimisme.
Hasilnya cukup mencengangkan: kura-kura yang ditempatkan di lingkungan yang diperkaya dengan berbagai stimulasi (seperti tempat berlindung, makanan variatif, dan mainan) menunjukkan perilaku yang lebih optimis saat dihadapkan pada stimulus ambigu. Sebaliknya, kura-kura dari lingkungan standar yang minim stimulasi lebih sering menunjukkan perilaku pesimistis.
Metode Tes: Bagaimana Mengukur Emosi Kura-Kura?
Mungkin muncul pertanyaan: bagaimana kita bisa tahu apa yang dirasakan kura-kura? Jawabannya adalah melalui desain eksperimen yang cermat.
Para peneliti menggunakan stimulus yang tidak jelas atau ambigu, lalu mengamati bagaimana respon kura-kura terhadap situasi tersebut. Jika seekor kura-kura menganggap stimulus itu sebagai sesuatu yang positif dan mendekatinya dengan cepat, maka ia dianggap memiliki suasana hati optimis. Sebaliknya, jika kura-kura tampak ragu-ragu, lamban, atau bahkan menghindar, maka hal ini ditafsirkan sebagai indikator suasana hati yang negatif atau pesimistis.
Dalam dunia ilmiah, ini adalah cara yang valid untuk mengukur afek emosional tanpa harus mengandalkan bahasa atau ekspresi wajah seperti pada manusia. Lebih dari itu, kura-kura yang menunjukkan perilaku optimis juga memiliki kecenderungan lebih sedikit mengalami stres saat diperkenalkan pada situasi baru, seperti benda asing atau tempat baru.
Emosi Reptil: Mitos yang Mulai Runtuh
Studi ini menjadi bukti bahwa reptil bukanlah makhluk tanpa perasaan. Selama ini, banyak orang—bahkan ilmuwan—menganggap bahwa hewan berdarah dingin seperti kura-kura, kadal, dan ular hanya bertindak berdasarkan naluri dan tidak memiliki kesadaran emosional. Tapi kini, dengan pendekatan kognitif dan perilaku modern, pandangan itu mulai berubah.
Prof. Wilkinson menjelaskan, “Penelitian ini adalah langkah besar dalam memahami subyektivitas reptil. Temuan kami menantang pandangan lama bahwa reptil tidak punya emosi.”
Peneliti lainnya, Prof. Oliver Burman, menambahkan, “Ini membuka cakrawala baru mengenai kesejahteraan reptil, baik dalam penangkaran, sebagai hewan peliharaan, maupun di habitat alaminya.”
Implikasi Terhadap Kesejahteraan dan Perlindungan Hewan
Salah satu dampak besar dari penelitian ini adalah pada bidang animal welfare atau kesejahteraan hewan. Jika sebelumnya kebijakan perlindungan hewan cenderung lebih fokus pada mamalia dan burung—yang secara luas diakui memiliki emosi—maka kini sudah saatnya reptil juga mendapat perhatian yang sama.
Di Inggris, misalnya, telah diberlakukan Animal Welfare (Sentience) Act 2022 yang secara hukum mengakui bahwa hewan memiliki kemampuan untuk merasakan. Namun, untuk setiap spesies, perlakuan hukum dan kebijakan biasanya memerlukan bukti ilmiah spesifik bahwa hewan tersebut memiliki kehidupan emosional.
Penelitian ini memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk memasukkan kura-kura dan reptil lainnya ke dalam daftar spesies yang patut mendapatkan perlindungan lebih besar, terutama dalam konteks penangkaran dan perdagangan hewan peliharaan eksotis.
Peningkatan Standar Penangkaran dan Perawatan Hewan Reptil
Saat ini, reptil semakin populer sebagai hewan peliharaan, namun sayangnya tidak sedikit dari mereka yang dipelihara dalam kondisi yang jauh dari ideal. Banyak pemilik yang mengira bahwa kura-kura tidak butuh stimulasi atau kenyamanan emosional, cukup diberi makan dan dijemur.
Namun, studi ini menunjukkan bahwa lingkungan tempat hidup kura-kura sangat memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan mereka. Kura-kura yang hidup dalam lingkungan yang monoton, terbatas, atau sempit lebih mungkin mengalami stres dan suasana hati negatif.
Dengan kata lain, jika kita ingin memelihara kura-kura atau reptil lain, kita perlu menyediakan lingkungan yang kaya dan penuh stimulasi, seperti tempat berlindung, variasi makanan, mainan, dan bahkan interaksi sosial jika memungkinkan.
Apakah Ini Berarti Kura-Kura Bisa Bahagia?
Secara sederhana, ya. Meskipun mereka tidak tersenyum atau memeluk seperti kucing atau anjing, kura-kura dapat menunjukkan tanda-tanda emosi positif dan negatif. Mereka bisa merasa aman, penasaran, takut, atau stres. Mereka juga bisa merasa puas dan nyaman jika berada di lingkungan yang mendukung.
Kemampuan kura-kura untuk menunjukkan optimisme juga merupakan indikator penting bahwa mereka bisa mengalami emosi positif yang mirip dengan kebahagiaan. Ini bukan hanya spekulasi emosional, tapi berdasarkan data ilmiah dari studi yang cermat.
Evolusi Emosi: Apa Artinya bagi Kita?
Kura-kura adalah hewan purba. Mereka berevolusi ratusan juta tahun yang lalu, dan merupakan bagian dari kelompok reptil yang terpisah sangat jauh secara evolusioner dari mamalia dan burung. Fakta bahwa mereka juga memiliki kapasitas emosional menyiratkan bahwa kemampuan untuk merasakan emosi kemungkinan besar telah muncul sangat awal dalam sejarah evolusi hewan.
Ini membuka kemungkinan bahwa banyak hewan lain yang selama ini kita anggap tidak berperasaan—seperti ikan, amfibi, bahkan invertebrata—mungkin juga memiliki bentuk emosi atau kesadaran yang belum sepenuhnya kita pahami.
Saatnya Menghargai Kura-Kura Lebih dari Sekadar Kulit dan Cangkangnya
Temuan bahwa kura-kura juga memiliki perasaan bukan hanya menarik secara ilmiah, tetapi juga menyentuh hati nurani kita sebagai manusia. Mereka bukan makhluk dingin tanpa jiwa, melainkan makhluk hidup yang bisa merasakan, belajar, dan berinteraksi dengan lingkungan secara emosional.
Artikel ini bukan ajakan untuk menjadikan semua reptil sebagai hewan peliharaan, tetapi seruan agar kita lebih bijaksana dan empatik dalam memperlakukan mereka. Entah itu di kebun binatang, di laboratorium, atau di rumah sebagai peliharaan, kura-kura dan reptil lainnya layak mendapatkan perlakuan yang layak sebagai makhluk hidup yang sentien.
Saat kita tahu bahwa bahkan kura-kura bisa merasa bahagia atau sedih, maka tak ada alasan lagi untuk mengabaikan kesejahteraan mereka. Karena pada akhirnya, menghormati kehidupan berarti juga menghormati perasaannya—tak peduli seberapa lambat mereka berjalan.