Muhammad Syafril Firdaus, Dokter Kandungan Garut yang Terjerat Dugaan Pelecehan Seksual
allintimes.com – Nama Muhammad Syafril Firdaus, seorang dokter spesialis kandungan (Sp.OG) asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendadak menjadi sorotan publik setelah terseret dalam kasus dugaan pelecehan seksual terhadap pasien saat melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Kasus ini mencuat setelah sebuah rekaman CCTV berdurasi 53 detik viral di media sosial, memperlihatkan tindakan mencurigakan yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasien ibu hamil.
Dugaan Pelecehan Saat USG
Video yang beredar luas menampilkan momen pemeriksaan rutin di sebuah ruang praktek kecil. Dalam tayangan tersebut, terlihat sosok dokter yang mengenakan kemeja batik tengah duduk di samping ranjang pasien untuk melakukan pemeriksaan USG. Namun, perhatian publik tertuju pada gerakan tangan kirinya yang diduga masuk ke bagian dalam pakaian pasien dan menyentuh area sensitif.
Pasien dalam rekaman tampak terdiam, menunjukkan ekspresi tak nyaman, dan sempat mencoba mendorong tangan dokter. Kejadian ini memicu kemarahan warganet dan menjadi perbincangan hangat di media sosial, termasuk mendapat sorotan dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni.
Sosok Muhammad Syafril Firdaus
Muhammad Syafril Firdaus dikenal sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang cukup aktif di dunia digital. Ia sempat rajin membagikan informasi seputar kesehatan reproduksi melalui akun Instagram dan X (sebelumnya Twitter) dengan nama pengguna @irilsyafril. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Padjadjaran (Unpad) dan tercatat melanjutkan studi Magister Manajemen di kampus yang sama pada 2022.
Berdasarkan catatan daring, Syafril pernah membuka praktik di Klinik Sekar Kusuma yang beralamat di Jalan Beko No.1, Kampung Asem Kulon, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Klinik tersebut buka setiap hari kerja mulai pukul 15.00 WIB serta pada Sabtu pagi.
Namun, sejak video pelecehan tersebut viral, jejak digital Syafril perlahan menghilang. Akun media sosial miliknya telah dihapus atau dikunci. Dalam bio Instagram-nya sebelum menghilang, ia sempat menyebut dirinya sebagai “Suami & Ayah Terbahagia” dan diketahui memiliki seorang istri serta dua anak.
Dikenal Cabul oleh Warga Sekitar
Bukan kali pertama nama Muhammad Syafril Firdaus dikaitkan dengan tindakan tak senonoh. Berdasarkan laporan dari beberapa media lokal, ternyata kelakuan cabulnya telah menjadi buah bibir di lingkungan sekitar. Beberapa pasien sebelumnya juga disebut telah melaporkan tindakan pelecehan serupa, meski belum mendapat perhatian luas seperti kasus saat ini.
Sorotan semakin tajam setelah masyarakat melihat bukti rekaman CCTV tersebut. Sejumlah warganet mengaku mengenali dokter dalam video sebagai orang yang pernah mereka temui atau dengar ceritanya.
Reaksi Pemerintah dan Proses Hukum
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Leli Yuliani, mengonfirmasi bahwa Syafril memang sempat berpraktik di berbagai fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Namun, berdasarkan data terkini, dokter tersebut sudah tidak memiliki izin praktik di wilayah Kabupaten Garut. Bahkan, pada akhir 2024, namanya sudah tidak lagi tercatat dalam Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) milik Dinkes Garut.
“Sudah tidak bisa lagi praktik di seluruh wilayah Kabupaten Garut,” jelas dr. Leli.
Selain itu, pihak kepolisian pun tengah menindaklanjuti laporan ini. Kapolres Garut AKBP Mochamad Fajar Gemilang menyebutkan bahwa Polres Garut bersama Polda Jawa Barat telah membentuk tim khusus untuk mendalami kasus dugaan pelecehan ini.
Seruan Tindakan Tegas dari Tokoh Publik
Desakan untuk mengambil langkah tegas juga datang dari tokoh publik, salah satunya Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Ia menegaskan bahwa pencabutan izin praktik dan gelar profesi terhadap dokter yang melakukan pelecehan tidak perlu dipersulit.
“Kalau dokter lecehkan pasien di Garut, kan dokter ada komite etiknya. Ya berhentikan saja, cabut izin praktik dokternya, kenapa harus susah,” kata Dedi, dikutip dari Antara.
Dedi juga menyarankan agar institusi pendidikan yang meluluskan dokter tersebut ikut mempertimbangkan pencabutan gelar, mengingat tindakan seperti ini mencoreng nama baik profesi kedokteran. Ia menekankan pentingnya menjaga sumpah profesi dan menuntaskan proses hukum terhadap pelaku.
Penutup
Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan Muhammad Syafril Firdaus menjadi pengingat keras tentang pentingnya pengawasan dan etika dalam profesi pelayanan publik, khususnya bidang medis. Tindakan cepat dari pihak berwenang, mulai dari Dinas Kesehatan hingga aparat kepolisian, sangat dinantikan publik demi memberikan rasa aman kepada pasien dan menjaga integritas profesi dokter.
Hingga kini, proses penyelidikan masih berjalan. Masyarakat luas menanti keadilan ditegakkan dan berharap tidak ada lagi kasus serupa yang terulang di masa mendatang.