Disperta Bulungan Garap 3.884 Hektare Lahan untuk Padi Gogo: Strategi Ketahanan Pangan Lewat Varietas Unggul dan Pola Tumpangsari
allintimes.com – Disperta Bulungan Garap 3.884 Hektare Lahan untuk Padi Gogo – Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.
Melalui Dinas Pertanian (Disperta), pemerintah daerah setempat akan menggarap lahan seluas 3.884 hektare untuk budidaya padi gogo dengan pendekatan tumpangsari atau integrasi di lahan perkebunan. Program ini direncanakan mulai berlangsung pada musim tanam Agustus–September 2025 mendatang.
Langkah strategis ini sejalan dengan arahan pemerintah pusat dalam mengantisipasi krisis pangan global dan perubahan iklim yang berdampak pada sektor pertanian. Dengan memanfaatkan varietas unggul dan model tanam yang adaptif, diharapkan hasil produksi pertanian di Bulungan dapat meningkat signifikan sekaligus menciptakan ketahanan pangan yang tangguh.
Padi Gogo: Solusi Budidaya di Lahan Kering
Padi gogo merupakan jenis padi yang dapat dibudidayakan di lahan kering atau tadah hujan, berbeda dari padi sawah yang memerlukan genangan air. Keunggulan padi gogo terletak pada daya tahannya terhadap kekeringan dan kemampuannya beradaptasi di berbagai kondisi tanah, terutama di lahan dataran tinggi dan berbukit.
Dengan karakteristik tersebut, padi gogo sangat cocok untuk diintegrasikan ke lahan perkebunan yang biasanya tidak dialiri irigasi teknis. Inilah mengapa Dinas Pertanian Bulungan memilih strategi tumpangsari atau integrasi padi gogo dengan tanaman perkebunan sebagai solusi cerdas dalam memaksimalkan potensi lahan non-produktif.
Integrasi Padi Gogo dan Perkebunan: Manfaat Ganda untuk Petani
Kepala Bidang Perkebunan Disperta Bulungan, Yuniarti Utami, menyatakan bahwa program integrasi padi gogo dengan tanaman perkebunan akan diterapkan di berbagai wilayah dengan total luas lahan mencapai 3.884 hektare. Program ini dirancang untuk meningkatkan pendapatan petani melalui diversifikasi tanaman sekaligus mendukung ketahanan pangan daerah.
“Kita telah menetapkan lima varietas unggul padi gogo yang akan ditumpangsisipkan dengan tanaman perkebunan. Ini merupakan langkah konkret untuk memaksimalkan potensi lahan,” ujar Yuniarti.
Dengan model tumpangsari, petani tidak hanya mengandalkan satu jenis tanaman. Ketika padi gogo ditanam bersama tanaman seperti kelapa sawit, kakao, atau karet, petani dapat memperoleh hasil panen ganda. Hal ini sangat penting untuk mendongkrak produktivitas lahan dan mengurangi risiko gagal panen akibat faktor cuaca atau serangan hama pada satu jenis komoditas saja.
Varietas Unggul Padi Gogo: Pilar Keberhasilan Budidaya
Pemilihan varietas unggul menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya padi gogo. Meskipun Yuniarti belum menyebutkan secara rinci kelima varietas yang akan digunakan, umumnya varietas unggul padi gogo yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian mencakup jenis-jenis seperti:
-
Inpago 8: Tahan kekeringan, umur panen sekitar 110 hari.
-
Inpago Unsoed: Adaptif di lahan marginal, hasil panen stabil.
-
Situ Bagendit: Cocok untuk dataran tinggi dan tahan terhadap penyakit.
-
Inpago 5: Produktif di lahan tadah hujan dan ramah lingkungan.
-
Inpago 12: Umur panen genjah dan hasil gabah tinggi.
Varietas ini biasanya memiliki daya hasil tinggi, tahan terhadap cekaman lingkungan seperti kekeringan dan penyakit, serta cocok untuk sistem pertanian tumpangsari. Pemilihan varietas unggul tidak hanya akan meningkatkan hasil panen, tetapi juga memberikan efisiensi biaya dan ketahanan terhadap risiko gagal panen.
Pendampingan Teknis: Kunci Sukses Program Tumpangsari
Dalam upaya implementasi integrasi padi gogo di lahan perkebunan, Disperta Bulungan juga menyiapkan pendampingan teknis secara langsung kepada petani. Pendampingan ini mencakup pelatihan budidaya padi gogo, manajemen tanah, pengendalian hama terpadu, serta praktik pertanian ramah lingkungan.
“Pelaksanaannya juga akan melibatkan pendampingan teknis kepada petani agar proses tanam padi gogo di lahan perkebunan berjalan optimal dan berkelanjutan,” lanjut Yuniarti.
Langkah ini sangat penting untuk menjamin bahwa petani dapat mengadopsi teknik pertanian yang tepat sesuai dengan kondisi lahan dan jenis tanaman. Pendampingan juga membuka ruang dialog antara petani dan penyuluh dalam menyampaikan kendala lapangan dan mencari solusi bersama.
Ketahanan Pangan dan Dampak Ekonomi Lokal
Program budidaya padi gogo di Bulungan tidak hanya menjadi upaya jangka pendek dalam meningkatkan produksi beras. Lebih dari itu, inisiatif ini juga merupakan bagian dari pembangunan ketahanan pangan jangka panjang.
Dengan meningkatnya produksi beras lokal dari padi gogo, ketergantungan terhadap beras luar daerah dapat dikurangi. Selain itu, dengan diversifikasi tanaman di lahan perkebunan, petani akan memiliki sumber pendapatan tambahan yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
“Harapannya, pola tanam tumpangsari ini menjadi model yang bisa direplikasi di daerah lain,” kata Yuniarti, menekankan potensi program ini sebagai percontohan nasional.
Selain memberi manfaat ekonomi langsung bagi petani, program ini juga membuka peluang kerja baru di sektor pertanian, distribusi pupuk, serta pengolahan pasca-panen. Dalam jangka panjang, keberhasilan program ini dapat memperkuat struktur ekonomi daerah berbasis pertanian dan mengurangi angka kemiskinan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun penuh potensi, penerapan padi gogo di lahan perkebunan tentu bukan tanpa tantangan. Beberapa di antaranya termasuk:
-
Ketersediaan benih unggul secara merata
-
Kesiapan petani dalam mengadopsi pola tanam baru
-
Kendala teknis seperti pengairan dan pemupukan
-
Kondisi iklim yang tidak menentu akibat perubahan cuaca ekstrem
Namun, dengan sinergi antara pemerintah daerah, penyuluh pertanian, dan para petani, tantangan ini diyakini dapat diatasi secara bertahap.
Pemerintah Kabupaten Bulungan sendiri berkomitmen untuk terus mendukung program pertanian yang inovatif dan berkelanjutan. Pendekatan seperti ini tidak hanya menjawab tantangan krisis pangan, tetapi juga menempatkan Bulungan sebagai daerah yang progresif dalam pengembangan pertanian adaptif dan ramah lingkungan.
Penutup
Penggarapan 3.884 hektare lahan untuk budidaya padi gogo oleh Disperta Bulungan merupakan langkah strategis yang perlu diapresiasi. Dengan menggabungkan pendekatan ilmiah berupa penggunaan varietas unggul, pola tanam tumpangsari, serta pendampingan teknis yang berkelanjutan, program ini diharapkan menjadi model keberhasilan pertanian di lahan kering Indonesia.
Lebih dari sekadar meningkatkan produksi beras, program ini menunjukkan bagaimana ketahanan pangan dan kesejahteraan petani dapat berjalan seiring melalui inovasi dan kolaborasi semua pihak. Kabupaten Bulungan kini bukan hanya menjadi lumbung pangan, tetapi juga pelopor pertanian berkelanjutan berbasis lokal.